Mohon tunggu...
Muhajjah Saratini
Muhajjah Saratini Mohon Tunggu... -

Pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masak Konsep Pemikiranmu Mengenai Tuhan Kalah Sama Mumi?

29 September 2015   11:40 Diperbarui: 29 September 2015   12:00 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali ini, saya hanya akan membahas salah satu cerpen di buku kumpulan cerpen Edgar Allan Poe yang baru saja terbit.

Dari tujuh cerpen di dalamnya, saya hanya akan membahas cerpen ketujuh yang berjudul “Obrolan Bersama Sesosok Mumi”.

Sekumpulan dokter dan peneliti mendapat izin untuk membedah mumi. Setelah berhasil membuka peti, mereka menemukan mumi yang masih utuh. Karena hari sudah terlalu larut, mereka memutuskan untuk pulang dan melanjutkan penelitian esok. Sebelum pulang, iseng, salah satu dari mereka mengusulkan untuk menyetrum mumi itu. Melihat gerakan-gerakan yang tercipta, mereka lanjutkan dengan menyobek kulit mumi itu sedikit, lalu lanjut menyetrum. Akhirnya, mumi itu bangkit.

Awalnya, mumi yang bernama Allamistakeo merasa tersinggung dengan perlakuan para peneliti itu. Namun, setelah dijelaskan, sang mumi mau mengerti.

Allamistakeo adalah keturunan bangsawan dari keluarga Scarabeus. Nama keluarga itu sendiri diambil dari jenis kumbang scarab yang diagungkan bangsa Mesir. Karena itu, ketika dibalsam, Allamistakeo tidak dibuat seperti mumi lain—otaknya dikeluarkan dari lubang hidung dan organ dalam tubuhnya dikeluarkan dari samping. Keluarga Scaraabeus diawetkan dengan utuh. Sebagian bahkan sengaja minta diawetkan dengan meninggalkan wasiat agar dibangkitkan dalam jangka beberapa waktu berikutnya, salah satunya untuk mengikuti perkembangan zaman.

Demikian pula akhirnya yang terjadi dengan Allamistakeo dan para peneliti. Mereka berdiskusi tentang berbagai hal. Bangunan, pakaian, hingga saya sampai pada bagian berikut, konsep ketuhanan.

Ketika salah satu peneliti berkata, “Saya kira kumbang scarab adalah salah satu dewa yang dipuja bangsa Mesir,” Allamistakeo terkejut, saya rasa sedikit marah dan tersinggung dengan kata-kata “salah satu dewa”.

Lalu, berkata:

“Tidak ada bangsa di muka bumi ini yang menyembah lebih dari satu dewa. Kumbang scarab, burung ibis, dan binatang-binatang lain yang kami sucikan (sebagaimana bangsa-bangsa lain juga memiliki binatang suci mereka sendiri) hanyalah simbol atau media yang kami gunakan untuk membujuk rakyat agar menyembah Sang Pencipta, karena Dia terlalu agung untuk dihampiri secara langsung.”—p. 191

Saya…, agak terpekur. Jadi, manusia yang sekarang kalah dengan mumi, eh, masyarakat Mesir zaman dulu, tentang konsep ketuhanan? Ketika zaman sekarang orang sibuk menuding sana dan sini salah dalam beragama, jangan-jangan malah lupa kepada Tuhan itu sendiri.

Setiap orang punya cara masing-masing untuk menemukan Tuhannya. Ketika caranya berbeda dengan kita, tidak berarti kita berhak mencerca dan menghina. Itu tidak membantu. Jangan-jangan justru menjauhkan Tuhan dari kita. Karena…, bukankah merasa paling benar merupakan salah satu tanda munculnya kesombongan?

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun