Semakin kompleks aktivitas pengintegrasian sehingga tidak ada satu celah pun yang bisa diabaikan. Jika tidak maka akan terhambat proses pembiayaan sekolah, karier guru, dan sebagainya. Sanksi terberat adalah  sekolah tidak dapat menjalankan operasionalnya. Â
Mungkinkah Starlink menjadi solusi?Â
Kehadiran starlink membawa harapan bagi sekolah yang kesulitan mendapatkan sinyal internet. Kendala sinyal bukan hanya terjadi di daerah pelosok. Sebagai contoh pelaksanaan ANBK tingkat sekolah dasar yang ada di wilayah  Kecamatan Mentaya Hilir Selatan  Kabupaten Kotawaringin Timur.  Pada bulan Oktober tahun 2023  lalu jumlah sekolah dasar yang mampu melaksanakan ANBK secara mandiri hanya 6 sekolah dari 23 sekolah.  Faktor utama yang menjadi penyebab adalah sinyal yang tidak memadai sehingga harus menumpang ke SMP/MTs, SMA/SMK  dan SD memiliki fasilitas internet memadai.Â
Kita tidak bisa membayangkan sekolah yang ada di daerah pedalaman atau 3T harus mengangkut siswanya dengan menempuh jarak yang jauh agar bisa mengikuti ANBK. Â Belum lagi kegiatan lain yang pelaksanaannya murni daring.Â
Lembaga pendidikan  dalam melakukan pengelolaan tidak lepas dengan aktivitas  online yang begitu kompleks.  Starlink memberi penawaran  akses internet yang mampu menembus daerah yang mengalami kendala sinyal terutama daerah pedalaman. Namun harapan itu masih jauh di angan-angan setelah mengetahui begitu mahal harga paketnya.
Melansir laman cnn indonesia. con (17/05/2024) informasi yang ambil dari situs resminya bahwa Starlink menyediakan  paket residensial  terendah  sebesar Rp. 750.000 per bulan yang diperuntukkan rumahan. Itu belum perangkat keras seperti receiver sinyalnya. Berapa total biaya yang harus dikeluarkan?  Selain paket rumahan ada paket jelajah dengan paket terendah Rp 990.000 perbulan.  Paket ini khusus diperuntukkan di area pedalaman yang memerlukan akses internet (detikbali, 22/52024) Â
Seringkali kita temui sekolah-sekolah yang ada di pelosok begitu memprihatinkan. Jarak antara sekolah satu dengan yang lain  sangat jauh. Kemudian jumlah penduduk pun sangat sedikit, otomatis jumlah siswa pun sedikit. Dilihat dari kondisi tersebut tentunya dari segi pembiayaan pun kurang memadai. Namun aktivitas digital harus tetap dilakukan walaupun penuh keterbatasan.
Peran pemerintah
 Saat ini kebutuhan akses internet bagi lembaga pendidikan sudah merupakan kebutuhan pokok. Ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan bagi sekolah, campur tangan dari pemerintah sangat diperlukan. Bahkan wacana makan siang gratis,.. Eh.. ada revisi "makan bergizi gratis"  bisa dikesampingkan karena orang tua siswa masih mampu melakukan pemenuhan. Agar anak-anak makanannya tetap terjaga gizinya, tinggal memberikan edukasi kepada orang tua dan jika pulangnya melampaui jam makan siang, membawa bekal dari rumah akan lebih tepat.Â
Kebutuhan internet bukan sebatas pemenuhan administrasi dan aktivitas penduduk namun ada aktivitas siswa  untuk melakukan eksplorasi melalui media online. Pendidikan harus mampu membawa siswa memiliki keterampilan  digital. Apakah masyarakat kita hanya berfungsi sebagai konsumen?Â