Mohon tunggu...
Aini Farida
Aini Farida Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Hidup adalah pengabdian. Berusaha ikhlas untuk mendapat ridho Ilahi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Apakah Pendidikan Tinggi Menjamin Kesuksesan Seseorang?

23 Mei 2024   18:38 Diperbarui: 24 Mei 2024   10:31 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Siapa sih yang tidak pengen sukses memperoleh gelar kesarjanaan dan pekerjaan mentereng? Lantas apakah dengan pendidikan tinggi menjamin kesuksesan seseorang? Bagaimana nasib bagi lulusan SMA? 

 Saya cerita dulu pengalaman ya ..!

Bisa kuliah merupakan impian banyak orang, termasuk saya. Walaupun kondisi ekonomi orang tua pas-pasan semangat itu tidak pernah padam. Seandainya waktu itu ada UKT mungkin tidak terlalu berpikir panjang. 

Sambil menunggu keputusan, berbagai alternatif terpikirkan yakni untuk bekerja dahulu. Namun mencari pekerjaan pun sulit karena tidak punya skill. Apalah arti lulusan SMA, yang pada saat itu akses informasi sangat sudah, berwirausaha pun tidak memiliki modal.  Kadang ada benar juga asumsi bahwa anak yang berasal dari keluarga miskin akan cenderung miskin. Bukan isapan jempol conversation. com (3/12/2019) merilis hasil  riset SMERU Institute  bahwa "Anak yang lahir dari keluarga miskin cenderung berpenghasilan lebih rendah ketika mereka dewasa."

Ternyata ada benarnya, kondisi finansial juga mempengaruhi keberhasilan walaupun tidak 100%. Secara logika jika ada pertanyaan setelah lulus SMA kamu kuliah kemana? Pastinya dia akan memilih jurusan dan kampus yang kelak mempermudah dalam berkarir. Selama masa kuliah potensi pun digali secara maksimal dengan mengikuti berbagai kegiatan, walaupun hal tersebut juga bisa diikuti oleh setiap mahasiswa, namun bagi yang kekurangan isi kantong, aktivitas yang mengeluarkan biaya banyak  akan dihindari. 

Saya mempunyai teman, kuliah mengambil jurusan keguruan, namun ijazahnya tidak digunakan untuk mengajar.  Dia meneruskan usaha orang tuanya yang sudah besar yakni toko peralatan bangunan  Ternyata kuliah hanya digunakan sebagai pelengkap hidupnya. Pada dasarnya kemampuan dagang  didapatkan dari orang tua. 

Ada orang yang bisa memanfaatkan kondisi ekonomi orang tua dengan baik, namun ada yang sebaliknya. Dalam hal ini yang menjadi penekanan saya adalah kondisi ekonomi orang tua yang sudah mapan  dengan ekonomi pas-pasan. Jika kita buat perbandingan dari dua orang sama-sama pekerja keras, mereka yang mempunyai orang tua kaya, menang banyak langkah dari segi permodalan. 

Namun untuk sukses berlaku kepada siapa saja jika Tuhan menghendaki.  Banyak jalan yang dilalui bagi orang-orang yang kurang mampu, terutama dalam menempuh pendidikan. Dalam. hal  Ini fasilitas yang diberikan oleh pemerintah sangat berarti. 

Kita flashback dulu melanjut   cerita  semula. Berawal dari iseng saya daftar UMPTN (Ujian masuk perguruan tinggi negeri)  dan diterima di kampus IKIP Malang. Mengapa mengambil sekolah keguruan? Alternatif tersebut dengan pertimbangan bahwa untuk mendapatkan uang SPP yang terjangkau. Uang semester saat itu sebesar Rp. 120.000,- di tahun 1990. 

Saya iseng-iseng mencari informasi berapa harga emas saat itu? Ternyata berkisar Rp. 20.000/gram. Jika dikonversi dengan harga saat ini berkisar Rp 1.350.000,- gram. Jika kita menyimpan emas berapa harga saat ini.  Woow... angkanya kok besar!  Ya sudahlah nanti pusing jika kita banding-bandingkan. Standar nilai uang kita  bukan didasarkan pada emas.

Untuk membayar uang semester perlu perjuangan keras. Penggunaan jurus super hemat itulah sebagai solusi. Namun tetap saya syukuri, karena program diploma yang saya ambil merupakan proyek pemerintah, tidak repot-repot akan kemana saya nanti lulus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun