Mohon tunggu...
Aini Farida
Aini Farida Mohon Tunggu... Guru - Teacher

Hidup adalah pengabdian. Berusaha ikhlas untuk mendapat ridho Ilahi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Apakah Orang Yang Bersikap Perfeksionis Cenderung Fake Produktivity?

9 Mei 2024   18:39 Diperbarui: 10 Mei 2024   09:36 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika ambisi mengalahkan logika  kesempurnaan menjadi tujuan.  Kejar tayang menjadi kebiasaan tanpa mempertimbangkan kemampuan fisik dan psikis.  Lantas apakah Orang yang bersifat  perfeksionis  cenderung fake produktivity ?

Bagaimana sikap perfeksionis? 

Kita seringkali mendengar istilah "perfeksionis".  Perfeksionis merupakan sikap dimana tuntutan kesempurnaan menjadi prioritas. Sebenarnya tidak selamanya sikap  perfeksionis  itu negatif.  Karena untuk mencapai kesuksesan memerlukan keuletan  kerja keras.  Namun kekecewaan dan tidak mau menerima kegagalan itulah yang akan menjadi bumerang. 

Sikap  perfeksionis   bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari, di lingkungan rumah atau tempat kerja. Sebagai contoh seorang ibu rumah tangga mengharuskan  situasi rumah wajib rapi sepanjang waktu. Saat kondisi sehat dia mampu melakukan pekerjaan dengan baik. Pada suatu waktu permasalahan datang tanpa diduga,  kepala terasa agak pusing. Pekerjaan harian terus berlanjut, namun  rasa sakitnya bertambah parah karena beban pikiran memperparah keadaan. Beban tersebut hanya sepele, rumah berantakan. Bukankah hal yang sepele menurut pandangan orang lain

Begitu juga di lingkungan kerja yang mengharuskan adanya interaksi dengan orang banyak. Ada seorang atasan sering meluapkan kemarahan jika pekerjaan bawahan tidak sesuai ekspektasi. Teguran dan  sindiran pedas terlontar  begitu saja. Kondisi tersebut sangat melelahkan baik dari segi mental yang nantinya akan mempengaruhi kesehatan fisiknya. Permasalahan baru pun muncul, terjadi hubungan yang tidak harmonis antar rekan kerja atau bawahan.   

Produktivitas kerja 

Dalam dunia kerja tidak lepas hitungan matematika.  Produktivitas  akan dihitung berdasarkan jam kerja atau dengan kata lain produktivitas  berbanding lurus dengan jumlah waktu.  Padahal merupakan asumsi semu. Hal tersebut terjadi juga jika seorang pedagang berasumsi  bahwa semakin banyak unit barang yang terjual akan semakin banyak penghasilan.  Walaupun hal tersebut relatif karena menyesuaikan kondisi pasar,  jenis barang yang dijual, strategi pemasaran dan lain-lain. Sebagai referensi, saya sedikit mencantumkan  kalimat  yang berlaku hukum permintaan dalam ilmu ekonomi yakni jika banyak orang yang ingin membeli, stok barang terbatas maka maka penawaran harga barang akan lebih tinggi. 

Matematika kehidupan merupakan proses, sehingga presentasi output tergantung bagaimana kualitas dalam berproses. Jika hasil tidak sesuai dengan harapan berarti terjadi penyimpangan dalam berproses. Faktor yang mempengaruhinya bisa bersifat internal maupun eksternal. Jika terjadi fake produktivity  maka akan timbul pertanyaan, di mana letak kesalahan tersebut? 

Perfeksionis vs fake productivity

Orang perfeksionis akan melakukan segala cara untuk memenuhi standar nilai yang telah ditetapkan. Hal tersebut pada akhirnya akan melakukan aktivitas kerja melampaui waktu di atas batas normal. Secara kasat mata kita terlihat sangat sibuk, namun pada kenyataannya tidak ada produktivitas yang berarti. Kondisi fisik dan psikis yang ditimbulkan karena pekerjaan yang menumpuk, tidak ada  refreshing  sama sekali, maka pada akhirnya akan menimbulkan kesalahan baru. Akibat ketidaktelitian maka harus mengulang tugas mulai awal lagi. Nah, berapa lama waktu yang sudah terbuang? 

 Saya pernah mengalami hal yang serupa yakni pada saat mengerjakan laporan keuangan dengan menggunakan sistem aplikasi yang terintegrasi. Yang namanya laporan pastinya harus dibuat sebaik-baiknya sehingga nantinya tidak menimbulkan masalah.  Sudah barang tentu standar dibuat harus yang terbaik. Namun karena faktor kelelahan sehingga aktifitas  begadang alias  lembur pun saya lakukan. Setelah selesai  hasilnya berupa print out, kemudian saya antar ke dinas kabupaten. Namun setelah diteliti oleh tim pemeriksa banyak yang terlewatkan yakni  salah ketik.  Jika kesalahan terletak pada tulisan  mungkin hanya sedikit revisi namun jika berupa angka maka harus melakukan banyak  perombakan. Proses pengulangan pun terjadi dan sangat melelahkan,  betul-betul  menyita waktu. Disinilah terjadi fake productivity

Solusi agar tidak terjadi  fake produktivity

Manajemen waktu sangat penting untuk menghindari fake produktivitas. Seringnya  menunda-nunda waktu sangat tidak baik.  Di saat waktu luang kita gunakan aktifitas yang kurang produktif, padahal setiap hari misalkan saja kita terlihat masuk kerja namun kita melakukan aktifitas yang bukan prioritas. 

Belajar menerima kekurangan  merupakan hal yang tepat. Namun usaha tetap dilakukan untuk menjaga komitmen sebagai bentuk kewajiban yang harus diemban. Membangun komunikasi antar rekan sejawat, atasan/bawahan akan mengurangi ketegangan. Pada akhirnya tugas yang kita kerjakan tidak sia-sia. 

Membiasakan diri untuk selalu teliti dalam segala hal. Belajar bersikap tenang dalam menghadapi permasalahan dan berasumsi bahwa pekerjaan itu dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. 


Kesimpulan 

 Kita boleh saja memiliki  ambisi  namun harus terkendali. Cita-cita  bisa diwujudkan melalui perjuangan. Keistimewaan merupakan impian bagi banyak orang, namun   sesuaikan dengan kemampuan. 

Orang yang mempunyai sikap perfeksionis juga positif dalam hal tertentu, karena sebagai pemicu untuk berprestasi. Kendali diri itulah yang perlu dikuatkan. Agar tidak berlanjut pada taraf fake produktivitas  manajemen waktu dan bangun sikap  legowo (menerima) serta tanamkan rasa syukur. atas apa yang di telah diberikan Sang Penciptanya untuk kita. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun