Aina talita zahrani seorang gadis kecil yang selalu teguh pada prinsip dan tujuannya. Ia sering dipanggil Zahra, Ia adalah seorang anak yang penurut kepada ibu dan ayahnya dan juga memiliki hati yang baik dan lembut, selembut kain sutra.Â
Seseorang yang introvert, tidak mudah baginya untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya, dengan orang baru terlebih lagi dengan sosok seorang pria. Dia tidak pernah mau berbicara dengan seorang laki-laki, terlebih dengan teman laki-laki nya yang satu kelas denganya. Namun, orang tuanya selalu yakin jika suatu saat nanti ia akan menjadi seorang wanita yang berkilau dengan ke-introvert-annya itu.
17 Desemeber 1998
"Zahra bangun nak, lihat sudah siang inikan hari pertama ka mu sekolah ." suara ibu pun menenangkan hatinnya yang sedang bergejolak karna merasa ketakutan untuk berada dilingkungan yang baru dengan orang orang yang baru. " iya bu, zahra sudah bangun dan sudah siap juga kok." Sahut Zahra.
Ini hari pertama zahran sekolah. Zahra pun keluar dari kamar nya untuk sarapan, setelah itu seperti biasanya ia selalu diantar oleh ayahnya. Namun, ada yang berbeda kebiasaan itu jika ia dulu diantarkan ke sekolah dasar sekarang ia diantar ke sekolah menengah pertama hingga ke depan gerbang sekolah. " ibu zahra pergi sekolah dulu ya". Ujarnya usai makan.Â
Selama di perjalanan Zahra selalu merasa gelisah sampai ia tak menyadari bahwa dia sudah sampai didepan sekolah. Ayahnya tahu kalau anak sematawayangnya, anak yang paling ia cintai itu sedang gelisah karena lingkungan baru dan orang-orangnya.Â
" Zahra ingat kamu tidak perlu takut dengan lingkungan barumu, jika kamu takut pejamkan matamu dan berkata lingkungan baru itu tidak buruk, seperti apa yang kamu kira. Mulailah beradaptasi nak, ayah dan ibu mu akan selalu ada disamping mu jadi kamu tidak perlu takut." Petuah ayah mencoba menenangkan hati Zahra yang sedang bergetar getir, bagaikan citah yang berlari sekejap. Zahra pun hanya bisa tersenyum manis.
Hari pertama Masa Pengenalan Llingkungan Sekolah atau MPLS Â pun dimulai, suara benturan yang keluar dari ucapan para osis mulai terdengar. " seluruhnya kepada para peserta MPLS diharapkan menuju lapangan dengan membawa semua peralatan dan perlengkapannya. " ujar salah satu osis dengan suaranya yang lembut mengayun.Â
Semua peserta MPLS pun berkumpul untuk melaksanakan upacara pembukaan MPLS. Para peserta MPLS itu dibadi menjadi 8 kelas, Zahra masuk ke kelas ustman yang dimentori oleh dua osis yang cantik. Walaupun keduanya cantik namun  memilki sifat yang berbeda. Mentor pertama bernama  salwa dia cantik namun dia adalah osis perempuan paling jutek,paling galak seantereo sekolah itu dan yang kedua wanita cantik dengan penuh kelembutan dia biasa dipanggil safiyya.
"keluarkan makanan serta minuman yang telah kami tentukan waktu itu!!!. " suara itu mempercepat ritme jantung Zahra dan membuat Zahra semakin ketakutan , ia langsung buru-brur mengeluarkan makanan serta minuman yang telah ia bawa dari rumah.Â
Sayangnya makanan yang ia bawa tidak lengkap, " kamu dari tadi nunduk terus, kenapa hah? Perlatan dan perlengkapan yang kamu bawa lengkap gak?!!! LENGKAP GAK?!!! " Tanya salwa sambil mendongakkan wajah Zahra ketatas. Zahra tidak bisa menjawab pertanyaan osis itu, ia tak kuasa menahan air yang keluar dari matanya itu. " sudah salwa." Suara lembut itu kembali terdengar ditelinga Zahra.
Salwa pun pergi dari hadapan Zahra, Safiyya menghampiri Zahra yang tersengguk sengguk. "sudah tidak usah menangis lagi jangan diambil hati omongan kakak tadi." Ucap Safiyya sambil melihat name tag yang dikenakan Zahra.Â
" nama mu Zahra kan? Sekarang hapus air mata mu dan tersenyumlah". Kata- kata itu membuat Zahra mengingat pesan ayahnya dan ia pun melakukan apa yg telah ayah nya katakan. Akhirnya Zahra pun kembali semangat. Hari ini merupakan hari yang paling menyedihkan sekaligus menyenangkan bagi Zahra.
Bel pulang pun berbunyi dan Zahra bergegas keluar dari kelasnya itu, ketika ia hendak pulang ada suara lembut yang memanggil nya " Zahra.." Zahra pun menoleh ke arahnya " ini punya mu? " sambil menyodorkan semua jam jangan yang merupakn miliki Zahra, ia hanya bisa menganguk tanpa mengeluarkan sepatah dua patah kata ia langsung pergi untuk menemui ayahnya yang sudah menungguunya didepan gerbang sekolah.Â
" gimana nak sekolahnya seru?" sapa ayah. Zahra hanya mengangkatkan kedua bahunya saja, ayahnya selalu mengeti Zahra.Ia tak banyak bicara ketika diluar rumah tanpa bertanya lagi ayah dan Zahra pun pulang ke rumahnya.
"assalamu'alaikum , ibu aku pulang" ucap Zahra sebelum masuk rumah. Ibu pun menghampiri Zahra dan ayah " wa'alaikumussalam, cepat ganti bajumu nak setelah itu kita makan siang bersama ayah dan bersih-bersih lalu nanti kita mengobrol bersama-sama". " siapp 86 buu." Jawab ayah dan anaknya dengan serentak.
Sudah menjadi kebiasaan dikeluarga kecil ini memang setelah makan siang mereka akan meluangkan waktu untuk hanya sekedar bercerita tentang hari-hari yang telah mereka lalui sebelum nanti mereka kembali sibuk dengan urusan dan pekerjaan nya masing masing. Dalam keluarganya Zahra adalah orang yang selalu banyak bercerita ia selau ceria walaupun ketika ia mendapat maslah namun ketika diluar ia menjadi orang yang sangat pendiam dan menjadi introvert.
Makan siang telah usai perbincangan pun dimulai dengan pertanyaan ibu " bagaimana hari pertama sekolah mu nak? Apa sudah ada teman baru?". "iya ceritakanlah kami ingin mendengar nya." Sahut ayah. " hari pertama Zahra sekolah sungguh menyebalkan dan Zahra belum mendapatkan teman baru." Zahra mulai bercerita dengan wajah yang merah karna menahan sedih.Â
" loh kenapa menyebalkan? " Tanya ibu. " iya karna aku dibentak oleh osis yang paling jahat seantero sekolah tapi aku bahagia karena ada osis lain yang menyemangatiku dan mengingatkanku pada kata-kata ayah.Â
Dia seorang wanita yang cantik penuh kelembutan manis dan baik hati sekali." Ucap Zahra dengan wajah berseri seri. " alhamdulillah, siapa namanya nak? ". Tanya ibu kembali " secara tidak langsung kau  sudah mendapatkan teman baru sayang" ujar ayah sembari mengelus rambut ku.Â
" namanya kak safiyya ibu." ucap Zahra dengan penuh harap. " iya sayang tidak sulit kan untuk beradaptasi dilingkungan baru, mulai besok kamu tidak perlu takut lagi yaa karena sebenarnya kamu bisa untuk beradaptasi dilingkungan yang baru. Yasudah ayah akan menyelesaikan tugas ayah dulu dan kamu jangan lupa belajar ya." Kalimat itu menutup pembicaraan sore itu.
Keesokan harinya ....
Ini adalah hari kedua Zahra mengikuti MPLS didepan gerbang sudah ada osis-osis kiler dan para mentor. Ada yang berbeda dengan MPLS hari ini, setiap peserta MPLS wajib menyanyikan mars SMPN 8 Jakata walaupun hanya sepenggal. Semua teman-teman Zahra bisa menyanyikan mars tersebut kecuali Zahra.Â
Ia enggan untuk menyanyikan bukan karena ia tidak hafal dengan mars itu namun Zahra takut untuk membuka mulutnya didepan banyak orang. " hei kamu coba nyanyikan mars nya!" perintah salah satu osis Zahra terdiam dengan seribu bahasa ia hanya bisa menunduk. "punya mulut gak ngomong dong, kamu bisu? Dari kemarin saya Tanya kamu tak pernah dijawab. Kamu gak tuli kan?" timpa mentornya yang kermarin.Â
Selagi Zahra dimarahi, ada satu peserta MPLS datang menghampiri osis yang sedang memarahinya. " kak boleh tidak aku menyanyikan mars nya bersama dia? " Tanya peserta MPLS yang baru datang. " apa-apaan kamu mau jadi pahlawan kesiangan? ".Â
"silahkan kalian boleh menyanyikan berdua". Safiyya memberi izin untuk mereka bernyanyi namun osis-osis kiler itu tidak setju jika mereka bernyanyi berdua, tapi safiyya tetap kekeh dan akhirnya mereka berdua pun bernyanyi . " udah sana masuk ke kelas!" ujar salah satu osis.
"namamu siapa?" Tanya anak yang tadi menolong Zahra  sambil mengulurkan tangannya. " a..a..aku Zahra?" jawab nya dengan rasa takut. " namaku asma balqis haura." Ya sesuai namanya dia adalah seorang gadis yang memilki kulit putih dan mermata hitam. Ia juga anak yang unggul sedari kemarin iya ynang selalu bertanya kepaada semua osis dan iya berani melawan osis yg tidak berbuat baik.
" hai Zahra ternyata kita satu kelas ya." Tanya asma sambil menghampiri zahrra. " boleh aku duduk sebangku dengamu?" Tanya nya lagi " boleh." jawab Zahra singkat.
Mpls hari kedua pun telah selesai dan sudah tiba waktunya pulang. Lagi -- lagi ada yang menahannya untuk pulang " Zahra" panggil asma dan safiyya berbarengan. " iya" kini Zahra bisa sedikit berbicara dengan mereka. " ini alamat email ku nanti kamu kirim pesan email aku ya". Ucap safiyya yang dikuti asma" oh iya ini punya aku juga." Zahra menerima dua lembar kertas dari mereka dan langsung pulang.
Sepert biasa ayah sudah ada didepan gerbang untuk menejemput putrinya. Wajah Zahra kala itu  berseri-seri karena ia telah mendapatkan 2 orang teman." Ada apa ini Zahra, kehilatannya ada kebahagian yang jatuh diwajah mu." Gaada ayah nya.Â
" nanti saja dirumah." Ucap Zahra. " wow... wow ada apa ini untuk pertama kalinya anak ayah bisa berbicara didepan umum seperti ini." Ayah yang terlihat heran dengan anaknya kala itu. " sudahlah ayah sebaiknya kita pulang pasti ibu sudah menunggu kita " pinta Zahra. " yasudah cepat masuk mobil kita harus cepat pulang  ayah ingin mendengar ceritamu. " ujar ayah dengan terburu buru.
Sesampainya dirumah, Zahra langsung masuk rumah tanpa mengucapkan salam lalu mencari ibunya dan langsung memeluk ibunya. " hei ada apa dengan putri ibu ini tumben masuk rumah gak mengucapkan salam dulu."Â
Zahra tidak menjawab perkataan ibu nya, iya memeluk ibunya dengan wajah yang sangat bahagia, seperti yang baru menemukan sesuatu yang tidak pernah ditemui sebelumnya. " ada apa ini ayah? " Tanya ibu pada ayah yang baru saja masuk rumah. " entahlah aku juga sudah menanyakan akan hal itu padanya namun tak ia jawab tapi sepertinya anak kita ini sedang bahagia." Jawab ayah sambil melonggarkan dasinya.
" sudah sebaiknya kita bersih-bersih dulu setelah itu kita makan dan nanti akan Zahra ceritakanya" ucap Zahra melepaskan pelukannya.
Family time......
" coba ceritakan apa yang membuat mu bahagia hari ini? " ayah membuka pembicaran sore itu. Zahra tidak berkata sedikitpun, ia hanya menyodorkan dua lembar kertas. " apa itu nak? "Tanya ibu dan ayah mengambil kertas itu dan membacanya. " email? Ini artinya kamu punya teman baru? Dua orng sekaligus?" kata yang terucap membuat terkejut melihatnya.Â
Zahra hanya bisa mengangguk ayah dan ibupun langsung memeluk Zahra dan berkata " orang baru itu tidak buruk kan nak dan kamu mudah untuk beradaptasi hanya saja kamu tidak menyadarinya". Hari itu dipenuhi dengan kebahagiaan karena anak yang takut untuk berintraksi kini ia mampu untuk  melakukannya. " ibu dan ayah ingin bertemu dengan anak itu, kami ingin berterimakasih pada anak itu karena dia telah membantu kamu dalam beradaptasi dilingkungan yang baru." Ujar ayah " iya nanti akan Zahra ajak main mereka kesini untuk menemui ayah dan ibu."
Hari demi hari telah Zahra lalui. Tak terasa, MPLS pun telah usai. Tiba saatnya pembagian kelas yang sebenarnya. Nama demi nama sudah terpanggil dan akhirnya nama Zahra pun dipanggil. Dan ia masuk kelas favorite atau kelas unggulan yaitu kelas 7-B.Â
ketika masuk kelas ia melihat sekelilingnya tidak ada orang yang dia kenal, ia sangat bersedih sekali karena iya berpikir tidak akan sekelas dengan asma tapi ternyata asma datang ke kelas itu dan melihat Zahra yang sedang duduk sendirian lalu ia meghampiri nya dan berkata " boleh aku duduk disini? " suara itu membuat Zahra terkejut " a..a..asma." ucapnya dengan terkejut. " iya Zahra ini aku" ujar Zahra dengan tersenyum. " Alhamdulillah ya asma kita bisa satu kelas aku senang sekali " ucap Zahra dengan senang hati yang tak bisa terdefinisakn.
Kini hubungan mereka terus berlanjut hinga menjadi sahabat. Begitupun hubungannya dengan safiyya walaupun mereka berbeda angkatan tapi mereka tetap menjalin hubungan yang baik. Umur bukan menjadi penghambat akan berlangsungnya kisah persahabatan. Mereka bertiga selalu menyempat kan waktunya untuk sekedar bertemu si sela-sela waktu istirahatnya.Â
Waktu demi waktu mereka lalui dengan bersama. Hubungan yang erat, tidak dapat terpisahkan. Seperti sepasang sepatu yang selalu bersama tanpa dikesampingkan salah satunya. Tiba tiba, asma teringat dengan kata-kata ibu nya selamam untuk mengajak asma dan safiyya makan siang dirumahnya. " asma besokkan hari minggu, kamu ada waktu luang ga? " tanya zahra " ada, memangnya kenapa? " jawab asma.Â
"ibu dan ayah ku ingin bertemu denganmu dan juga safiyya, mereka ingin berterima kasih karena kalian telah merubah aku menjadi lebih baik lagi. Berkat kehadiran kalian selama ini, aku bisa banyak bicara. Setidaknya tidak seperti orang yang membisu. Bagaimana mau ga?"." Boleh besok siang aku akan ke rumahmu?" ujar asma " oke kalu begitu aku akan mengajak ka safiyya." kata Zahra dengan nada senang hati.
Bel istirahat pun berbunyi. Zahra langsung mengajak asma keluar kelas untuk menemui safiyya di kelas 8-B. Zahra langsung mengutarakan maksud dan tujuannya. Safiyya pun bersedia untuk pergi kerumah Zahra besok siang.
Hari ini adalah hari yang sangat bersejarah bagi Zahra karena untuk pertama kali nya dua orang yang kini sudah menjadi sahabat baginya akan datang kerumahnya. Ibu dan ayah nya sudah menyiapkan beberapa hidangan untuk makan siang yang istimewa dan beberapa cemilan untuk menjamu mereka. Seperti ada pesta, semua berjejer dengan padat.
" assalamu'aikum Zahra..." terucap salam dari dua orang secara bersamaan. " nah itu temannmu sudah datang, wa'alaikumussalam." Ibu dan ayah nya serta Zahra pun berjalan menuju pintu rumah yang memang sengaja sudah terbuka. Dua orang itu tak lupa mencium Tangan ayah dan ibu nya Zahra."ini dia badia haniyah safiyya sesuai dengan namanya dia adalah seorang teman yang baik, lemah lembut dan juga unik.Â
Nah kalo ini asma balqis haura." Ucap Zahra memperkenalkan temanya. " ayo silahkan masuk kita lanjut mengobrolnya didalam" sapa ibu nya dengan ramah. " sudah waktunya makan siang. Lebih baik kita makan siang terlebih dahulu yuk, biar sedikit santay. Apalagi jam-jam segini perut sudah mulai berdemo" Ujar ayahnya sambil melirik jaa tangannya.
Makan siang pun berlangsung dengan hikmat. Setelah seleasai, mereka semua berada di ruang tamu untuk berbicara sedikit. " terimakasih yaa safiyya dan asma telah merubah anak ibu menjadi orang yang seperti ini, dulu ia jarang sekali berbicara, namun sekarang ia mau berbicara dan terimakasih juga untuk kalian sudah menjadi temannya Zahra." Ucap ibunya.
Mereka semakin larut dalam obrolan singkat itu hingga tak terasa hari semakin sore dan matahari semakin bersembunyi, bulan mulai menampakkan wujudnya. " ibu, bapa, Zahra kami pulang dulu, insyaallah besok lusa kita lanjut lagi pembicaraan yang seru ini " ucap safiyya seraya meminta izin untuk kembali ke rumahnya.Â
" oh iya iya silahkan. maaf ya kalau terlalu sore, apa mau saya antar ?" tawaran dari ayahnya. " boleh pak kalau tidak merasa keberatan. " ucap asma yang langsung disahut oleh safiyya . " tidak usah pak, jam segini masih ada anggkot kok. Lagian tidak enak serasa merepotkan. "safiyaa yang merasa malu k.arena ucapan asma. Akhirnya mereka pun pulang dengan diantar oleh ayahnya Zahra karena tidak tega melihat dua orang anak remaja itu yang pergi tanpa ada yang mengawasi. Â Sedangkan hari sudah mulai gelap.
Seperti biasa dihari senin selalu di adakan upacara pengibaran bendera merah putih yang mungkin bagi sebagian kecil murid yang tidak tahu nilai nasionalis dan yang tidak tahu perjuangan para pahlawan yang telah mempejruangkan Indonesia mereka akan menganggap ini adalah hal yang sepele. Tidak sedikit murid-murid yang kurang hikmat dalam melaksanakan upacara.Â
Tapi Zahra, asma dan sebagian besar murid yang ada di sekolah itu mereka selau bersemangat dalam upacara itu, mereka selalu melaksanakannya dengan hikmat karena baginya ini adalah suatu kebanggaan dan kegigihan para pahlwan bangsa Indonesia yang selalu memperjuangkan Indonesia untuk memerdekakan sehingga menjadi Negara yang maju.Â
Usai sudah upacara yang berlangsung hikmat itu, dalam pejalanannya kekelas Zahra dan asma dihampiri oleh seorang teman kelasnya yang belum terlalu begitu dekat dengannya. Seperti orang asing.
" hai aku Ishmah hasna widad bolehkah aku menjadi teman kalian? " sembari mengulurkan tangan." Â oh tentu saja boleh sekali berteman dengan kami. Kita tidak pernah membeda-bedakan teman" Perkenalan singkat itu membawa mereka pada persahabatan yang diawali dengan singkat namun berjalan lama.
Sesuai dengan namanya Ishmah adalah wanita yang cantik dan ia adalah seseorang yang pandai memelihara persahabatannya. Zahra yang dulunya sangat pendiam sekarang mampu lebih banyak bicara. Semua itu tak terlepas  dari nasehat ayah dan ibunya. Selain dari mereka, ada juga teman-teman yang setia membantunya untuk lebih berani dalam berbicara.Â
Kini persahabatan mereka bertambah satu orang. Ia adalah Ishmah. Sepulang sekolah mereka tidak langsung pulang, namun mereka selalu berkumpul terlebih dahulu dikantin walau hanya sebentar. Kalau sudah berkumpul seperti itu, mereka selalu lupa akan keterbatasan waktu.
" aku ingin meminta saran dari kalian." Ishmah yang sedang gelisah. " saran apa ishmah, ceritakanlah siapa tahu kita bisa membantumu." ujar Zahra sembari mengambil orange jus yang telah iya pesan tadi. " jadi gini aku itu lagi dekat dengan ketua basket di sekolah ini." Mendengar perkataan Ishmah, Zahra yang sedang meminum pun tersedak karena iya tidak bisa membicarakan seseorang itu. " eh Zahra kenapa?" Tanya asma dengan muka cemas." Are you okay Zahra?" sahut Safiyya. " aduh maaf-maaf aku tidak apa-apa kok, hanya saja aku tidak bisa membicarakan siapa itu. Maaf Ishmah" ucap Zahra sembari terbatuk-batuk. " oh iya tak apa-apa, ini aku yang salah kok aku tak mengerti kebiasaanmu, harus nya kau tidak mengatakan hal tadi. Sudah ya tidak usah dilanjutkan lagi."Â
Dengan rasa bersalahnya Ismah berkata. " oke tapi aku punya saran untuk mu. Sebaiknya kita jangan memikirkan laki-laki terlebih dahulu. Karena kita kan masih sekolah lagian untuk remaja seperti kita tidak usah mengurusi cinta. Kita focus saja dulu pada tujuan dan cita cita kita. Kita kejar nilai kita agar bisa mendapatkan SBMNPTN dan atau SNMPTN. Lebih baik kita belajar dengan rajin oke?Â
Dan ini pembicaran pertaman dan terakhir kita tentang laki-laki." Ujar Zahra yang berusaha memberikan nasehat kepada Ishmah dengan hati-hati agar Ishmah tidak tersingggung. " nah bener tuh apa yang dikatan Zahra sekarang kita semua pulang dan setrelah itu belajar. Semangat mengejar SB dan SN ya." Safiyya yang setuju dengan perkataan Zahra. " nah iya ayo kita pulang ibuku pasti sudah mencariku" ucap asma yang sedari tadi melihat jam di tangannya.
Seperti biara tradisi keluarga kecil itu tidak pernah terlewatkan. Setelah tradisi selesai, Zahra langsung bergegas masuk ke kamar untuk belajar sejarah karena besok ada ulangan harian sejarah. Tiba-tiba ada email masuk, seseorang mengiriminya pesan. Â
Jangan pernah merebut apa yang telah menjadi miliku, dasar munafik!!! Kalau kamu ingin memiliki dia maka langkahi dulu aku. Kamu tidak akan pernah bisa memilkinya. Jangan terlalu berharap deh baru juga kelas 7 aja sudah mulai belajar mengambil punya orang lain. Kamu munafik, kamu bilang sama teman-temanmu kamu tidak bisa berinteraksi dengan laki-laki, namun ternyata lebih dari sekedar berintraksi kamu mau mengambilnya. Kamu itu munafik sungguh benar-benar munafik!!!
Begitulah pesan email yang dibaca oleh Zahra. Selepas itu, mata Zahra berkaca-kaca dan seperti yang terzolimi. Ia hanya bisa menangis atas tuduhan yang tidak benar itu. Ia benar-benar merasa sakit hati atas tuduhan itu. Tanpa merasa tidak bersalah, ia pun langsung membalasnya.
Maaf sebelumnya aku tidak pernah merebut seseorang dari siapapun. Aku tidak seberuk dengan apa yang kamu bicarakan. Aku memang benar tidak pernah  berbicara dengan lakii-laki manapun. Itu semua fitnah. Untuk apa aku merebut yang jelas-jelas bukan miliku, seperti yang tidak pernah di didik saja. Aku sadar akan hal itu. Maka aku tidak mungkin melakukan hal itu.
Bukan sejarah yang Zahra pikirkan, namun pesan email-lah yang berasal dari osis yang pernah menajdi mentornya dulu. Semalaman iya menangis karena pitnah itu.
Pagi ini sangat cerah namun hati Zahra mendung dan matanya sembab."pagi Zahra" sapa  kedua orang sahabatnya."kenapa kamu abis nangis yaa?" Tanya  Ishmah. Tanpa bicara Zahra langsung memeluk kedua temannya itu sambil menangis. " kenapa Zahraa kenapa?" Tanya asma yang khawatir dengan Zahra. Ia pun menceritakan semua nya kepada teman-temannya. Sampai akhirnya masalah itu pun bisa terselesaikan dengan cara mengobrol sekedarnya.
2 tahun kemudian........
Sekarang Zahra sudah menjadi siswa kelas 9, ia sangat menikmati kelasnya yang sekarang. Namun kebahagian itu tidak selamanya datang menghampiri. Adakalanya ia merasa sedih.Â
Di kelas 9 ini Zahra mendapat sahabat baru yaitu Farida dan Salwa yang kini menjadi sahabat Zahra . Zahra dan sahabatnya selalu melakukan banyak hal bersama-sama dan mereka selalu saling membantu sama lain, persahabatan mereka begitu indah. Mereka merencakanan untuk pergi bermain ke puncak. Pada saat dipuncak mereka bersenang-senang, tertawa ria seolah-olah dunia hanyalah milik mereka. Tak lupa mereka berfoto bersama dan mempostingnya difacebook, hari itu mereka benar-benar bahagia.
" aduh ada yang abis jalan jalan nih, kok gak ajak-ajak yaa!" Ucap salah satu teman kelas yang tak suka dengan persahabatan mereka. Cibiran demi cibiran, hujatan demi hujata, sindiran demi sindiran pun terus melempari persahaban mereka. Mereka saling menguatkan dalam cibiran dan nyinyiran itu . Mereka selalu menghiraukannya karena persahabatan mereka memilki prinsip Hanya pohon yang berbuahlah yang akan dilemapari batu. Jika kita dihina, kita direndahkan, kita dijatuhkan itu artinya kita istimewa, special dan berharga. Tidak mungkin seperti itu kalau bukan karena iri.
Pagi itu telah selesai ulangan. Zahra dan sahabatnya pun berkumpul membicarakan masa depan mereka. " asma satu sekolah denganku yuk di SMAN 1 Jakarta, biar nanti kita bisa berangkat bareng." Ucap Zahra membuka pembicaraan. " aku sih mau cuman gak tahu aku masih bingung " ucap asma. Zahra terus saja membujuk asma agar satu sekolah dengannya "aduh emangnya sekolah dimana sih! Kok ribet banget kayaknya!" ujar seseorang yang tak sengaja mendengar pembicaraan mereka. " di SMAN 1 Jakarta." Jawab Zahra dengan sedikit kesal dalam hatinya. " sekolah deket aja ribetnya minta ampun, nih ya walaupun nanti kalian satu sekolah belum tentu juga kamu bisa satu kelas dengan asma.Â
Kenapa sih Zahra kamu selalu membuat yang mudah menjadi ribet ketimbang sekolah lima langkah dari rumah aja harus ada temen berangkatnya, kalo pengen ada teman berangkat, sekolah nya harus yang jauh. Minimal di bandung dong gitu!!!" cohean yang dilontarkan untuk Zahra. Zahra tidak bisa berkata apa-apa walaupun ia ingin membalas kata-kata itu, tapi ia hanya bisa menangis menahan amarahnya.Â
Iya mencoba untuk tidak memikirkan kata-kata itu namun apa boleh buat kata-kata itu selalu muncul dalam benak pikirannya. Ia tidak pernah mempermasalahkannya tapi iya juga tidak bisa melupakannya, ia hanya bisa menceritakan semua rasa sakit hatinya pada ibu dan ayahnya.
''Seberat apapun cobaan hidup ini, kamu harus sabar dalam menjalaninya. Bagaimanapun orang terhadapmu, tetaplah merendah. Jangan sampai kamu membalasnya. Biarlah allah yang membalasnya, ingat hidup ini berputar. Mungkin saja apa yang kita hina hari ini akan menjadi emas dikemudian hari.'' Ucap ayahnya.
Hari demi hari mereka lalui dengan suka cita walaupun cibiran dan sindiran selalu datang mengampiri mereka tapi mereka hanya focus pada tujuan yang mereka buat. Seperti kucing yang selalu diajak berbincang oleh manusia, tak pernah menyaut sekalipun.
Bel istirahat pun berbunyi....
Sudah menjadi rutinitas mereka berkumpul dan makan siang dikantin." Hey aku mau Tanya kalau nanti kuliah kalian mau ambil jurusan apa? Dan mau jadi apa?" ucap Safiyya. " kamu mau ambil jurusan pendidikan agama isla di stai malang aku ingin memjadi guru agama yang baik, gak nyebelin biar nanti murid murid aku sayang sma aku terus." belum selesai Zahra bicara ada seseorang yang memotong nya. " ishh gak usah seheboh itu juga kali ketimbang cuman guru aja bangga banget, guru agama lagi, kalo yang punya cita-cita itu yang agak tinggian sedikit kenapa sih. Jadi desainer ke, arsitek, dokter ke, ini cuman guru." Â
Selama ini Zahra selalu diam dengan apa yang dikatakan oleh temannya. Namun kali ini Zahra benar-benar sudah tidak bisa menahan kekesalan, amarah dan rasa sakit dalam hatinya " kenapa sih kamu selalu berkomentar tentang apa yang saya katakana? kenapa kamu selalu mengurusui hidup saya, apa kamu tidak bisa urusi kehidupan mu sendiri, bisa tidak kamu tidak usah nyinyir.Â
Emang salah nya jdi guru apa? kamu sekarang ada disekolah ini, kamu belajar dari siapa? Kalo bukan karena guru, kamu gak akan bisa sekolah sampe sekarang, jangan pernah memandang sebelah mata kepada seorang guru, apalagi guru agama ketika kamu menghina guru agama itu artinya kamu menghina agama saya.Â
Saya diam bukan berarti saya menerima semua yang kamu katakan hanya saja saya sedang memberimu kesempatan untuk berintrospeksi disi. Ingat seorang dokter tidak akan pernah menjadi dokter kalau bukan karena guru dan dosen dia, ingat itu!". Zahra pun langsung pergi meninggalkan dia dan sahabatnya. Kali ini Zahra membuka mulutnya untuuk membela kebenaran.Â
Setelah mendengar semua kata-kata itu, Alina langsung meminta maaf kepada Zahra namun apa boleh buat kata-kata itu sudah terlalu menyakiti Zahra. Seperti nasi yang sudah menjadi bubur, tidak bisa dikembalikan lagi menjadi nasi. Tapi setelah Zahra mendengar nasihat dari ibu dan ayahnya beserta para sahabatnya, ia pun memaafkannya. Namun kata-kata itu tidak pernah hilang dari pikirannya.
Beginilah kerasnya hidup. Sebaik apapun kita menjadi orang yang baik, selalu saja ada yang menjatuhkan kita. Beginilah siklus kehidupan, sulit untuk kembali kepada masa lalu yang diharapkan akan menjadi sebuah keindahan. Terkadang kita sulit untuk memahami keadaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H