Mohon tunggu...
Ainaya Safira
Ainaya Safira Mohon Tunggu... Guru - Jangan takut untuk mencoba

Memang baik menjadi orang hebat, tapi lebih hebat menjadi orang baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Introvert

9 Oktober 2019   15:59 Diperbarui: 9 Oktober 2019   16:12 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jangan pernah merebut apa yang telah menjadi miliku, dasar munafik!!! Kalau kamu ingin memiliki dia maka langkahi dulu aku. Kamu tidak akan pernah bisa memilkinya. Jangan terlalu berharap deh baru juga kelas 7 aja sudah mulai belajar mengambil punya orang lain. Kamu munafik, kamu bilang sama teman-temanmu kamu tidak bisa berinteraksi dengan laki-laki, namun ternyata lebih dari sekedar berintraksi kamu mau mengambilnya. Kamu itu munafik sungguh benar-benar munafik!!!

Begitulah pesan email yang dibaca oleh Zahra. Selepas itu, mata Zahra berkaca-kaca dan seperti yang terzolimi. Ia hanya bisa menangis atas tuduhan yang tidak benar itu. Ia benar-benar merasa sakit hati atas tuduhan itu. Tanpa merasa tidak bersalah, ia pun langsung membalasnya.

Maaf sebelumnya aku tidak pernah merebut seseorang dari siapapun. Aku tidak seberuk dengan apa yang kamu bicarakan. Aku memang benar tidak pernah  berbicara dengan lakii-laki manapun. Itu semua fitnah. Untuk apa aku merebut yang jelas-jelas bukan miliku, seperti yang tidak pernah di didik saja. Aku sadar akan hal itu. Maka aku tidak mungkin melakukan hal itu.

Bukan sejarah yang Zahra pikirkan, namun pesan email-lah yang berasal dari osis yang pernah menajdi mentornya dulu. Semalaman iya menangis karena pitnah itu.

Pagi ini sangat cerah namun hati Zahra mendung dan matanya sembab."pagi Zahra" sapa  kedua orang sahabatnya."kenapa kamu abis nangis yaa?" Tanya  Ishmah. Tanpa bicara Zahra langsung memeluk kedua temannya itu sambil menangis. " kenapa Zahraa kenapa?" Tanya asma yang khawatir dengan Zahra. Ia pun menceritakan semua nya kepada teman-temannya. Sampai akhirnya masalah itu pun bisa terselesaikan dengan cara mengobrol sekedarnya.

2 tahun kemudian........
Sekarang Zahra sudah menjadi siswa kelas 9, ia sangat menikmati kelasnya yang sekarang. Namun kebahagian itu tidak selamanya datang menghampiri. Adakalanya ia merasa sedih. 

Di kelas 9 ini Zahra mendapat sahabat baru yaitu Farida dan Salwa yang kini menjadi sahabat Zahra . Zahra dan sahabatnya selalu melakukan banyak hal bersama-sama dan mereka selalu saling membantu sama lain, persahabatan mereka begitu indah. Mereka merencakanan untuk pergi bermain ke puncak. Pada saat dipuncak mereka bersenang-senang, tertawa ria seolah-olah dunia hanyalah milik mereka. Tak lupa mereka berfoto bersama dan mempostingnya difacebook, hari itu mereka benar-benar bahagia.

" aduh ada yang abis jalan jalan nih, kok gak ajak-ajak yaa!" Ucap salah satu teman kelas yang tak suka dengan persahabatan mereka. Cibiran demi cibiran, hujatan demi hujata, sindiran demi sindiran pun terus melempari persahaban mereka. Mereka saling menguatkan dalam cibiran dan nyinyiran itu . Mereka selalu menghiraukannya karena persahabatan mereka memilki prinsip Hanya pohon yang berbuahlah yang akan dilemapari batu. Jika kita dihina, kita direndahkan, kita dijatuhkan itu artinya kita istimewa, special dan berharga. Tidak mungkin seperti itu kalau bukan karena iri.

Pagi itu telah selesai ulangan. Zahra dan sahabatnya pun berkumpul membicarakan masa depan mereka. " asma satu sekolah denganku yuk di SMAN 1 Jakarta, biar nanti kita bisa berangkat bareng." Ucap Zahra membuka pembicaraan. " aku sih mau cuman gak tahu aku masih bingung " ucap asma. Zahra terus saja membujuk asma agar satu sekolah dengannya "aduh emangnya sekolah dimana sih! Kok ribet banget kayaknya!" ujar seseorang yang tak sengaja mendengar pembicaraan mereka. " di SMAN 1 Jakarta." Jawab Zahra dengan sedikit kesal dalam hatinya. " sekolah deket aja ribetnya minta ampun, nih ya walaupun nanti kalian satu sekolah belum tentu juga kamu bisa satu kelas dengan asma. 

Kenapa sih Zahra kamu selalu membuat yang mudah menjadi ribet ketimbang sekolah lima langkah dari rumah aja harus ada temen berangkatnya, kalo pengen ada teman berangkat, sekolah nya harus yang jauh. Minimal di bandung dong gitu!!!" cohean yang dilontarkan untuk Zahra. Zahra tidak bisa berkata apa-apa walaupun ia ingin membalas kata-kata itu, tapi ia hanya bisa menangis menahan amarahnya. 

Iya mencoba untuk tidak memikirkan kata-kata itu namun apa boleh buat kata-kata itu selalu muncul dalam benak pikirannya. Ia tidak pernah mempermasalahkannya tapi iya juga tidak bisa melupakannya, ia hanya bisa menceritakan semua rasa sakit hatinya pada ibu dan ayahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun