Kami pun bersiap dengan minuman di tangan masing-masing ketika dari aplikasi muslim yang terpasang di ponsel terdengar azan maghrib.
Beberapa menit kemudian, tercium aroma yang sangat tajam di dalam kendaraan. Rupanya seorang kawan, Yulian, begitu saja menikmati bungkusan nasi padang yang dibawanya dari Probolinggo.
Di dalam mobil yang tertutup rapat dengan penumpang yang penuh, dalam kondisi letih setelah bekerja seharian, juga lapar karena berpuasa, aroma yang menyeruak dari nasi padang itu sungguh menyiksa.
"Gileee, tahan napa sampai rumah!"
"Yul, mual aku nyium baunya!"
"Ngga bagi-bagi pula!"
Spontan kami saling berseru mengomel. Sampai-sampai pak Samuri membuka kaca jendela di kanan kiri baris terdepan. Ikutan terganggu. Huh.
Belakangan kami tahu, seorang kawan penumpang yang lain, Dini, terpaksa membatalkan niatnya membuka bungkusan nasi di dalam kendaraan akibat peristiwa itu. Hahaha, baguslah, mungkin dia ngeri mendapatkan omelan dari kami.