Mohon tunggu...
Ain Saga
Ain Saga Mohon Tunggu... -

bekerja di jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bir Pletok dan Pak Tua

20 Januari 2014   07:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:40 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Aden pingsan dengan kondisi berlumuran darah, beruntung ada Pak Polisi berpatroli malam itu, jadi Bapak meminta pertolongan,” suara Pak Tua membuat peluh menderas lagi di keningku. Suasana bentrokkan malam itu terpeta lagi dalam benakku seperti mimpi buruk yang menduri dalam daging. Aku menjerit, berteriak histeris. Ayah dan Ibu sampai pucat melihat kondisiku. Cinta bahkan lebih dulu memelukku sambil berhujan tangis.

***

“Pesan segalon Bir Pletok, Pak!” kataku pada sosok tua yang masih saja setia berjualan di tepi danau Situ Babakan. Disambutnya aku dengan tulus layaknya pelanggan istimewa. Ah, maafkan, aku, Pak Tua, engkaulah yang teramat istimewa bagi hidupku. Karena engkau telah menyelamatkanku dari maut, bisikku pada angin dingin di malam aku kembali mengunjungi gerobak Pak zainul hanya sekedar mencicipi minuman yang dulu aku tak suka mereguknya.

“Mari, mari, Den. Masih panas, semoga bisa menghangatkan malammu, ya,” sambut Pak Tua lagi ramah.

Luka-luka di tubuhku akibat perampokkan sepeda motorku tak lagi terasa kini. Yang tersirat hanyalah rasa kagum, sekaligus tekad untuk turut melestarikan minuman Bir Pletok seperti Pak Zainul.

“Maafkan semua kesalahan saya, ya, Pak?” kataku terbata. Tak lagi bisa kusembunyikan rasa sesalku. Tinggal Pak Tua melongo bingung menanggapi ucapanku barusan. Itulah ketulusan, tanpa pamrih, Bimo! Belajarlah dari Pak Zainul, suara hatiku memekik lirih, menyadarkanku akan kewajiban melestarikan budaya kota tercintaku, Jakarta. Angin dingin Jakarta, malam itu terasa mencibir kepongahanku pada sosok seperti pak Tua. Kini aku menyesalinya.

SELESAI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun