Mohon tunggu...
NIA
NIA Mohon Tunggu... Penulis - Finding place for ...

- Painting by the words

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dalam Satu Ruang dan Waktu

17 Juni 2022   05:58 Diperbarui: 17 Juni 2022   06:00 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Saat dibawa ke rumah sakit kondisinya sudah parah, Mbak. Kami sekeluarga sebetulnya mulai pasrah. Toh Bapak memang sudah tua, sistem imunnya tidak sebagus anak-anak muda. Eh, nggak tahunya survive juga. Sekitar sejam lalu ditelepon pihak rumah sakit dan dikabari kalau Bapak saya sudah boleh pulang setelah dirawat cukup lama.”

Ina kembali menganggukkan kepala. Di balik masker yang dikenakan, bibirnya tersimpul samar. “Dirawatnya berapa hari?”

“Dua puluh satu hari, Mbak!” tegas Ani. Nada bicaranya seakan ingin mempertegas bahwa ayahnya telah dirawat selama itu, tidak ada lagi harapan hidup, suatu keajaiban masih bisa sembuh.

“Umur?”

“Enam lima.”

Ina mengangguk-angguk.

“Mbak datang sendiri?” tanya Ina setelah terjeda hening beberapa detik.

“Nanti adik saya menyusul sekalian bawa mobil. Saya buru-buru ke sini karena sudah nggak sabar bertemu bapak saya lagi.” Ani tersenyum. “Oh ya, kalau suami Mbak sendiri dirawat berapa lama?”

“Cuma tiga hari, Mbak.”

Sepasang mata Ani melebar karena takjub. “Umur berapa suaminya?”

“Tiga puluh tahun. Dulunya, kami teman seangkatan kuliah, lanjut kerja satu kantor, akhirnya menikah dan pindah ke kota ini.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun