Mohon tunggu...
Yosilia Nursakina
Yosilia Nursakina Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Masih Mampukah Antimikroba Melawan Mikroba pada Tahun 2050?

26 Februari 2019   15:09 Diperbarui: 28 Februari 2019   18:16 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa resistansi antimikroba bisa terjadi?

Penggunaan antimikroba yang tinggi dapat mencerminkan pemberian antimikroba yang berlebihan terutama oleh dokter tanpa indikasi yang jelas, serta akses yang mudah terhadap antimikroba melalui penjualan bebas offline maupun online. Selain itu, ketidakpatuhan pasien terhadap penggunaan antibiotik juga sangat berperan dalam meningkatkan angka resistensi antibiotik.

Tidak hanya pada manusia, penggunaan antibiotik juga cukup tinggi pada ternak, unggas dan perikanan untuk mencegah penyakit dan mempercepat pertumbuhan ternak (Antibiotic Growth Promotor/AGP)

Penggunaan antibiotik dalam pertanian yang meluas dapat mendorong berkembangnya resistansi antibiotik, sehingga kesehatan manusia dan hewan akan semakin terpengaruh.

Selain itu, resistansi antimikroba juga dapat menyebar lewat limbah rumah sakit. Residu antibiotik di lingkungan, limbah cair, dan produk peternakan serta perikanan yang dikonsumsi akan meningkatkan selection pressure

Mekanisme tersebut menunjang proses seleksi alamiah bakteri resisten antibiotik. Konsekuensinya penyakit yang disebabkan oleh bakteri tersebut menjadi lebih sulit diobati, memerlukan perawatan lebih lama, serta meningkatkan dampak ekonomi dan sosial. 

Mari ambil peran!

Dalam memerangi ancaman resistansi antimikroba, kita bisa mulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar kita. Pada dasarnya, ada 2 aspek utama yang mendorong resistansi antimikroba, yakni penyalahgunaan antibiotik dan pengendalian infeksi yang kurang optimal.

Kita sebagai pasien juga harus mematuhi nasehat dokter. Gunakan antibiotik hanya jika diresepkan. Jika tidak diperlukan, maka jangan meminta diresepkan antibiotik.

Setelah diresepkan, jangan sampai kita tidak menyelesaikan obat antibiotik tersebut. Jika terapi antibiotik tidak tuntas, maka bisa jadi konsentrasi antibiotik dalam tubuh kita menjadi tidak optimal. Justru konsentrasi sub optimal seperti itulah yang menjadi kondisi ideal untuk bakteri semakin resisten. Lalu, jangan pernah sharing antibiotik, baik yang sisa maupun masih utuh. Walaupun gejalanya sama, bisa saja penyakit dan kuman penyebabnya jauh berbeda.

Selain itu, pengendalian infeksi pencegahan resistansi antimikroba juga dapat dilakukan dengan mencegah infeksi. Bagaimana caranya? Cuci tangan secara rutin, konsumsi makanan yang bersih, dan melakukan vaksinasi sesuai jadwal yang direkomendasikan. Ketika bersin, jangan lupa juga menutup hidung dan mulut kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun