Mohon tunggu...
Fatmavati
Fatmavati Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis Ada Adanya

Penikmat dunia fantasi, film kartun, dan bakso Https://www.Travrilia.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dari Omelan Ibu, Saya Belajar 5 Pelajaran Hidup

6 Desember 2020   23:00 Diperbarui: 6 Desember 2020   23:37 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Setelah saya duduk sekian lama cuma ndengerin ibu hanya bicara lalu mengakhiri dengan kalimat tersebut, ibu tahu kalau anaknya capek kerja padahal aku hanya diam. Sepulang kerja sebenarnya saya duduk di samping beliau ingin mencurahkan lelahnya kerjaan tapi nyatanya cuma bisa diam dan hanya ibu yang bercerita.


Kenapa ibu yang bisa memahami perasaan anaknya sedangkan saya sendiri tidak. Sebagai anaknya, saya tak pernah sekalipun merasa iba akan perjuangan ibu yang banting tulang. Barulah saya rasakan saat pertama kali jadi pegawai. Lelahnya luar biasa. Kerja tidak dihargai bos, banyak lemburan tanpa gaji tambahan, kerja senin sampai sabtu sungguh capek. Hari merah pun dipaksa masuk. Cuma hari Minggu hari libur saya, itu pun tidak cukup untuk mengistirahatkan badan.


Ibu yang bukan pegawai hanya pedagang kecil yang tidak punya jadwal libur. Beliau kerja setiap hari. Tidak ada hari libur, kecuali sakit, acara keluarga, atau lebaran. Setelah saya ingat-ingat, tak pernah sekalipun ibu bercerita lelahnya bekerja. Padahal ibu menjalani pekerjaannya bertahun-tahun. Sementara saya baru kerja belum setengah tahun ingin menyerah. Bukankah ibu bekerja keras lebih keras daripada yang saya kerjakan?
Dari ibu, saya belajar bahwa hidup memang keras makanya harus kerja keras. Saya ingin jadi pekerja keras seperti ibu dan ikhlas menjalaninya.


3. Hiduplah yang sederhana


"Makan tuh seadanya. Emangnya temanmu tuh makan apa?"


"Ini loh ada lauk kok mau beli lain?"


Terkadang saya merasa bosan dengan menu masakan yang dihidangkan ibu di meja makan dan setiap saya protes, ibu memberikan balasan yang terkadang dengan sindiran. Setiap kali ibu berkata begitu, saya pun tidak berkutik dan mau makan masakan beliau. Dari ucapan ibu mengajarkan kepada saya bahwa nanti kalau sukses jangan hanya makan yang enak-enak saja, hidup yang sederhana itu lebih baik. Lewat kesederhanaan makanan saja, saya bisa membuang rasa gengsi jika diajak makan di warung kaki lima oleh orang lain. Tidak hanya soal makanan, kesederhanaan hidup yang diajarkan ibu juga lewat pakaian yang apa adanya. Hidup tidak perlu yang berlebihan. Hal ini yang membuat saya lebih banyak bersyukur dalam penerimaan hidup.


4. Jaga kebersihan dan kerapihan


"Anak perempuan kok nggak bersihan, malu-maluin nanti di depan mertuamu!"


Padahal saya belum menikah, tapi ibu mesti sebut-sebut kata mertua. Bukan kenapa-kenapa dan tidak salah sih jika ibu ingin anaknya menjadi anak yang lebih baik di hadapan orang lain.


Masalah kebersihan dan kerapihan itu memang nomor satu bagi ibu karena beliau sosok yang menjaga keduanya. Ibu selalu mewanti-wanti kalau menyapu itu yang bersih padahal saya bersihin lantai setiap hari, rasanya masih kurang bersih. Mesti beliau tahu bagian lantai yang tidak bersih padahal saya baru saya menyapu. Memang dibandingkan saya, tangan ibu lebih ajaib, beliau lebih bersih dalam menjalani pekerjaan rumah. Pun dalam merapikan isi rumah eperti Sprei yang nampak lurus rapi hingga piring-piring yang tertata di raknya, beliau jagonya. Makanya berada di dekat ibu, saya terus belajar menjadi calon ibu rumah tangga juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun