"Aku tidak apa-apa. Ada orang lain yang lebih membutuhkan ketimbang aku." Aku merasa tidak pantas menerima bantuan, lalu kuberikan info penyaluran bantuan kepadanya.
Subuh menjelang, air sudah surut sampai teras. Hujan masih terus menguyur namun tidak lebat. Ketinggian banjir berangsur turun. Para pengungsi banyak kembali ke rumah. Hari ketiga, jalanan masih menyisakan genangan banjir setinggi setengah lutut orang dewasa.Â
![Kondisi depan rumah (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/08/12/img-20171129-084042-5b7036356ddcae1fde6b7845.jpg?t=o&v=555)
![Kondisi di rumah saudara yang terkena banjir parah (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/08/12/img-20171201-074445-5b70364843322f4be35c26d2.jpg?t=o&v=555)
Sungguh,aku sedikit merasa bersalah karena baru membantu. Mereka biasanya mendapatkan nasi dari relawan. Ketika pagi mereka tidak dapat jatah makan karena nasi baru diantar relawan pada siang hari.
Satu tindakan kebaikan yang dilakukan akan memancarkan lebih banyak energi positif. Energi baik pun hadir untuk giat membantu. Â Memang secara materi menyumbang uang, Â aku tidak mampu. Sebisaku seperti mengumpulkan penggalangan dana dari komunitas mahasiswa di kampus asalku dan menjadi relawan membagi-bagikan sembako.
Serasa hati senyum-senyum sendiri, berterima kasih kepada diri sendiri karena bisa melakukan perbuatan kebaikan ini. Energi baik tidak akan pernah kurang jika kita senang berbagi kebaikan kepada orang lain. Selagi terus bersyukur kepada Sang Maha Kuasa , energi positif itu ada terus hadir yang menuntun kepada kebaikan.