Norma dan budaya
Di Indonesia, seksualitas masih dianggap sebagai topik yang sensitif dan tidak pantas untuk dibicarakan secara terbuka. Hal ini dipengaruhi oleh norma dan budaya yang berlaku di masyarakat, termasuk nilai-nilai agama dan moral.
Ketakutan orang tuaÂ
Pendidikan seks dianggap tabu di Indonesia karena salah kaprah persepsi masyarakat terhadap pendidikan seks itu sendiri. Tidak sedikit masyarakat yang beranggapan bahwa dengan adanya pendidikan seks justru akan membuka pemikiran anak terhadap seks bebas. Hal ini didasari oleh kesalahpahaman bahwa pendidikan seks hanya membahas tentang bagaimana melakukan hubungan seksual.
Kurangnya pengetahuan
Tidak sedikit orang tua dan guru yang kurang memiliki pengetahuan yang cukup tentang pendidikan seks. Hal ini menyebabkan mereka tidak nyaman untuk membahas topik tersebut dengan anak atau murid-murid mereka.
Stigma dan diskriminasi
Orang-orang yang terbuka tentang seksualitas mereka seringkali dihadapkan dengan stigma dan diskriminasi. Hal ini membuat banyak orang enggan untuk berbicara tentang seks, termasuk dalam konteks pendidikan. Â
Akibat dari tabu ini, banyak anak dan remaja di Indonesia yang tidak mendapatkan informasi yang benar tentang seksualitas. Hal ini dapat menyebabkan berbagai masalah. Seperti kehamilan yang tidak diinginkan, pelecehan dan kekerasan seksual pada anak, dan penyakit infeksi menular seksual.
Padahal pendidikan seks yang baik dapat memberikan informasi yang benar tentang seksualitas kepada anak dan remaja, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang sehat dan bertanggung jawab tentang tubuh dan kehidupan mereka. Pendidikan seks bukan tentang mendorong anak-anak untuk melakukan seks.
Pendidikan seks adalah tentang memberikan informasi yang benar tentang seksualitas kepada anak-anak dan remaja, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang sehat dan bertanggung jawab tentang tubuh dan kehidupan mereka.