Contohnya, saat pulang kantor, kalau ditanya kenapa jalanan di depan macet, AI mungkin akan menjawab penyebabnya adalah perlambatan kecepatan kendaraan di sekitar jembatan penyeberangan.Â
Tapi jawaban manusia tidak sedatar itu. Kita nggak cuma bilang "Oh, macet." Manusia akan menjawab sesuai konteks, "sejam terakhir hujan, banyak pengendara motor berteduh di pinggir jalan, sehingga mobil-mobil melambat."
Beda dengan AI, yang cara berpikirnya lebih ke arah korelasi. AI sangat lihai dalam menemukan pola dan hubungan antar data.Â
Mereka bisa bilang, "oh, orang yang perokok biasanya juga suka ngopi." Tapi, mereka belum tentu paham kenapa ada hubungan itu, atau apakah kopi menyebabkan seseorang jadi perokok.Â
Mereka lebih fokus pada pola data, bukan pada pemahaman mendalam soal sebab-akibat.
Selain itu, manusia juga punya kemampuan memahami konteks. Pemikiran manusia itu kontekstual, sementara AI lebih ke isi konten.Â
Maksudnya begini. Kalau kita ngobrol sama teman, kita nggak cuma mendengar kata-kata yang diucapin, tapi kita juga paham situasinya.Â
Kita tahu siapa yang ngomong, lagi di mana, perasaannya gimana, tujuannya apa. Semua konteks ini membantu kita memahami makna sebenarnya dari percakapan itu.
Contohnya, kalau teman kita bilang dengan nada datar, "Wah, bajunya serasi sekali," Kita bisa tahu apa teman kita ini beneran memuji, menyindir atau tidak suka dengan baju kita.Â
Kita bisa merasakannya maksud teman kita dari konteks percakapan, nada bicara, ekspresi wajahnya.Â
AI akan kesulitan memahami konteks seperti ini. Mereka lebih fokus pada konten, yaitu isi informasi itu sendiri, tanpa terlalu memperhatikan konteksnya.