Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berpikir Jernih Dalam Menghadapi Era Post Truth

29 Januari 2025   14:00 Diperbarui: 29 Januari 2025   10:36 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berpikir kritis. (KOMPAS/HERYUNANTO)

Terjebak emosi di era post-truth? Temukan cara berpikir jernih, asah logika, dan bebaskan diri dari bias.

Di zaman sekarang, kebenaran seringkali kabur, dan emosi lebih mendominasi. Resikonya, banyak orang yang tanpa sadar menjadi orang yang menyebalkan. 

Menyebalkan di sini, bukan berarti sengaja mencari gara-gara, tapi lebih kepada kecenderungan untuk bersikeras pada keyakinan tanpa dasar fakta yang kuat, dan sulit menerima sudut pandang lain.

Kita semua hidup di era yang disebut post-truth. Seperti yang sudah sering dibahas, post-truth adalah kondisi di mana fakta objektif kurang berpengaruh dalam membentuk opini publik dibandingkan dengan emosi dan keyakinan pribadi. 

Fenomena ini semakin menguat seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan media sosial. 

Dulu, mungkin kita mengandalkan media massa tradisional sebagai sumber informasi utama. 

Sekarang, setiap orang bahkan bisa menjadi 'media' sendiri, menyebarkan informasi apapun, benar atau salah, dengan kecepatan luar biasa.

Ketika Perasaan Lebih Kuat dari Fakta

Mengapa post-truth bisa menjadi jebakan? Salah satu alasannya adalah karena ia memanfaatkan kecenderungan alami manusia untuk lebih mudah terpengaruh oleh emosi daripada logika.  

Kita adalah makhluk emosional. Otak kita, secara biologis,  lebih cepat merespons rangsangan emosional dibandingkan rangsangan rasional. 

Berita yang memicu rasa marah, takut, senang, atau sedih, akan lebih cepat menarik perhatian kita dan lebih mudah kita ingat, daripada berita yang hanya menyajikan fakta-fakta netral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun