Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sayang Anak Boleh, Privasi Jangan Lengah

26 Januari 2025   10:00 Diperbarui: 25 Januari 2025   16:09 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita tentu tidak mau jadi orang tua yang menyesal gara-gara sharenting?  Tapi  bukan berarti kita harus langsung delete semua akun media sosial terus hidup di gua. Bukan itu solusinya. 

Solusinya adalah sharenting yang cerdas, sharenting yang bijak, sharenting yang mengutamakan keamanan dan privasi anak. Gimana caranya? Nih, kita kasih checklist biar gampang diinget.

Think Before You Post - Mantra Wajib Sebelum Upload 

Ini mantra paling ampuh.  Setiap kali jari kita gatel pengen upload foto anak, stop dulu! Tarik napas dalam-dalam, terus tanya ke diri sendiri.

"Apa tujuan aku posting foto ini?  Apa manfaatnya buat anakku?  Apa risikonya?  Kalau aku jadi anakku,  aku bakal seneng nggak ya foto ini diposting di internet?".  

Kalo jawabannya ragu-ragu,  lebih baik tahan diri.  Menurut psikolog anak, Dr.  Michele Borba dalam bukunya UnSelfie: Why Empathetic Kids Succeed in Our All-About-Me World, mempertimbangkan perspektif anak sebelum bertindak adalah kunci parenting yang empatik, termasuk dalam sharenting.

Privacy is Priority - Prioritaskan Privasi di Atas Popularitas 

Privasi anak itu bukan barang murah yang bisa diobral.  Ini hak mendasar yang wajib kita lindungi.  

Common Sense Media,  organisasi nirlaba yang fokus pada media dan teknologi untuk anak-anak,  merekomendasikan untuk selalu mengatur akun media sosial ke mode private.  

Batasi siapa saja yang bisa melihat postingan kita,  hanya teman dan keluarga terdekat yang benar-benar kita percaya.  

Jangan tergoda buat bikin akun public demi mengejar popularitas atau endorsement.  

Ingat,  keamanan anak jauh lebih berharga daripada sekadar like dan komentar.

Less is More -  Jangan Lebay, Secukupnya Saja 

Nggak perlu setiap momen anak kita posting di media sosial.  Nggak perlu setiap hari update status soal anak.  

Penelitian dari Pew Research Center menunjukkan bahwa pengguna media sosial cenderung membagikan momen-momen positif dalam hidup mereka,  yang bisa menciptakan ilusi kehidupan yang sempurna dan nggak realistis.  

Dalam konteks sharenting,  terlalu sering posting foto anak bisa bikin kita kelihatan over-sharing, bahkan terkesan narsis.  

Pilih momen-momen spesial aja yang bener-bener pengen kita abadikan dan bagikan. Selebihnya,  nikmati momen-momen itu secara offline,  bersama keluarga tercinta.

Respect Their Future Self - Hormati Anak Kita yang Dewasa Nanti 

Anak-anak kita akan tumbuh dewasa,  dan jejak digital yang kita tinggalkan sekarang akan terus mengikuti mereka.  

Menurut pakar etika digital, Luciano Floridi dalam bukunya The Fourth Revolution: How the Infosphere is Reshaping Human Reality,  kita harus mempertimbangkan dampak jangka panjang dari tindakan kita di dunia digital,  termasuk sharenting.  

Pikirkan, kira-kira foto atau video yang kita posting sekarang, bakal bikin anak kita malu nggak ya nanti pas udah remaja atau dewasa?  

Apakah postingan kita bisa mempengaruhi reputasi atau karir mereka di masa depan? Hormati privasi mereka, hormati masa depan mereka, dengan bijak dalam sharenting.

Talk to Your Kids (When They're Old Enough) -  Libatkan Anak dalam Keputusan Sharenting 

Seiring bertambahnya usia anak, libatkan mereka dalam diskusi soal sharenting.  

Tanya pendapat mereka, apakah mereka nyaman foto atau videonya diposting di internet? 

Ajarkan mereka soal privasi online dan risiko cyberbullying. 

American Academy of Pediatrics merekomendasikan agar orang tua mulai mengajarkan literasi digital dan keamanan online kepada anak-anak sejak usia dini.  

Dengan melibatkan anak,  kita nggak cuma melindungi mereka,  tapi juga memberdayakan mereka untuk jadi warga digital yang cerdas dan bertanggung jawab.

Kesimpulan

Sharenting memang dilema di era digital ini. Di satu sisi, kita pengen berbagi kebahagiaan,  pengen eksis di media sosial.  

Di sisi lain,  kita juga harus melindungi anak-anak kita dari risiko dunia maya. Tapi, dengan sharenting yang cerdas dan bijak,  kita bisa kok dapetin keduanya.  

Kita tetap bisa berbagi momen indah keluarga, tanpa mengorbankan keamanan dan privasi anak.  

Ingat, cinta orang tua itu bukan cuma soal berbagi kebahagiaan di media sosial, tapi juga soal melindungi anak dari segala bahaya, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.  

*** 

Referensi:

  • Common Sense Media. (n.d.). Parents' ultimate guide to Instagram. Retrieved from [https:  //www.  commonsensemedia.  org/articles/parents-ultimate-guide-to-instagram]
  • UNICEF. (2021). Keadaan anak-anak di dunia 2021. Retrieved from [https:  //www.  unicef.  org/indonesia/id/laporan/keadaan-anak-anak-di-dunia-2021]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun