Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

100 Hari Prabowo Gibran, Pertumbuhan 5% Vs Mimpi 8%

24 Januari 2025   10:00 Diperbarui: 23 Januari 2025   15:23 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Subianto bersama Gibran Rakabuming Raka di depan Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU). (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww)

100 hari Prabowo-Gibran: pertumbuhan 5% vs target 8%, program MBG korbankan anggaran, desakan reshuffle menteri ekonomi. 

Dalam 100 hari pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, masyarakat Indonesia dihadapkan pada dinamika antara harapan dan kenyataan. 

Dengan janji ambisius, seperti pertumbuhan ekonomi 8%, angka yang jauh melampaui rata-rata pertumbuhan global, dan peluncuran Program Makan Bergizi Gratis (MBG), pemerintah berupaya memberikan kesan kuat. 

Namun, realita di lapangan menunjukkan banyak tantangan yang perlu diatasi.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG): Kebaikan yang Mengorbankan

Salah satu program unggulan Prabowo-Gibran adalah MBG, dengan alokasi anggaran sebesar Rp71 triliun. Tujuannya adalah memberikan akses makanan bergizi kepada masyarakat miskin. 

Namun, menurut laporan Celios (Center of Economic and Law Studies), program ini berpotensi menyebabkan alokasi anggaran untuk sektor lain menjadi berkurang drastis.

Misalnya, jika anggaran untuk program perlindungan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya. 

Ini memicu kekhawatiran, mengingat banyak keluarga di daerah terpencil yang bergantung pada bantuan sosial untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Di sinilah ironi terjadi, dimana upaya meningkatkan kesejahteraan melalui MBG justru menciptakan kesenjangan baru.

Target Pertumbuhan Ekonomi: Realita vs Ambisi

Prabowo optimis menetapkan target pertumbuhan ekonomi 8%. Namun, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir 2024 hanya mencapai 5,05%. 

Kesenjangan ini sebagian besar disebabkan oleh lambatnya pemulihan sektor manufaktur dan lemahnya ekspor akibat ketidakpastian global. 

Faktor domestik, seperti kebijakan fiskal yang kurang terarah dan penurunan daya beli masyarakat, juga turut berkontribusi terhadap rendahnya realisasi ini. 

Sementara itu, negara tetangga seperti Vietnam dan Filipina mencatatkan angka masing-masing 7,09% dan 6,3%.

Apa yang salah? Salah satu penyebabnya adalah gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang masif. 

Menurut laporan Kementerian Ketenagakerjaan, sebanyak 80.000 pekerja kehilangan pekerjaan sepanjang Desember 2024. Rupiah juga melemah sebesar 1% pada Januari 2025, yang semakin menekan daya beli masyarakat. 

Akibatnya, konsumsi domestik, yang menyumbang lebih dari 50% terhadap PDB, melemah.

Kebijakan populis, seperti kenaikan upah minimum provinsi (UMP) sebesar 6,5%, terlihat seperti solusi instan. Namun, tanpa perbaikan struktural dalam ekonomi, dampaknya hanya bersifat sementara. 

Bank Dunia juga mencatat bahwa daya saing investasi Indonesia menurun, sebagian karena ketidakpastian regulasi.

Evaluasi Kabinet: Mencari Kompetensi yang Hilang

Menurut survei P3S (Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial), menteri-menteri di sektor ekonomi mendapatkan penilaian yang rendah. 

Menteri Koperasi dan UKM, Budi Arie Setiadi, menerima nilai -39 karena minimnya terobosan untuk mendukung sektor koperasi. Padahal, koperasi berpotensi besar dalam mendukung ekonomi kerakyatan.

Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, juga menjadi sorotan dengan nilai -25. Salah satu kritik utama adalah lambannya implementasi transisi energi. 

Meski pemerintah telah berkomitmen untuk menurunkan emisi karbon, target ini terhambat oleh kebijakan yang tidak konsisten dan kurangnya insentif bagi investor di sektor energi terbarukan.

Dalam survei yang sama, 52% responden menyebut buruknya tata kelola anggaran sebagai masalah utama. Sebanyak 39% lainnya mengeluhkan komunikasi kebijakan yang tidak jelas. 

Kombinasi ini menciptakan ketidakpercayaan publik terhadap efektivitas pemerintahan.

Reshuffle Kabinet: Solusi atau Risiko?

Reshuffle kabinet sering kali dianggap sebagai solusi cepat untuk memperbaiki kinerja pemerintah. Celios merekomendasikan pergantian beberapa menteri ekonomi untuk membawa "tenaga segar" yang lebih kompeten. 

Namun, reshuffle bukan tanpa risiko. Proses ini dapat menciptakan instabilitas politik jika tidak dikelola dengan baik.

Presiden Prabowo juga menghadapi dilema lain: mempertahankan loyalitas politik atau mengevaluasi kabinet secara objektif. 

Dukungan Presiden Joko Widodo, yang menyebut kepuasan publik terhadap pemerintahan mencapai 80,9% (berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia), dapat menjadi faktor yang menghambat evaluasi kritis.

Kesimpulan

100 hari pertama pemerintahan Prabowo-Gibran adalah pelajaran tentang pentingnya keseimbangan antara ambisi dan realita. Program MBG, meskipun bermaksud baik, perlu dievaluasi agar tidak mengorbankan sektor lain. 

Target pertumbuhan ekonomi yang tinggi membutuhkan reformasi struktural, bukan hanya kebijakan populis.

Ke depan, keberanian untuk melakukan reshuffle kabinet dan prioritas pada kebijakan jangka panjang menjadi kunci keberhasilan. 

Jika tidak, rapor merah akan terus menghantui pemerintahan ini. Kita hanya bisa berharap mereka memilih jalan yang benar untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.

*** 

Referensi:

  • Tirto.  id.  (2025).  Rapor Merah 100 Hari Prabowo-Gibran: Pengaturan Anggaran Disorot.  Diakses dari https:  //tirto.  id/rapor-merah-100-hari-prabowo-gibran-tata-kelola-anggaran-disorot-g7CG  
  • MetroTVNews.  (2025).  Evaluasi 100 Hari Pemerintahan Prabowo-Gibran: 5 Menteri Ini Dinilai Layak Di-reshuffle.  Diakses dari https:  //www.  metrotvnews.  com/read/kBVC9ByJ-evaluasi-100-hari-pemerintahan-prabowo-gibran-5-menteri-ini-dinilai-layak-di-reshuffle  
  • CNN Indonesia.  (2024, 21 Mei).  Membandingkan Pertumbuhan Ekonomi RI dengan 5 Negara ASEAN.  Diakses dari https:  //www.  cnnindonesia.  com/ekonomi/20240521122537-532-1100326/membandingkan-pertumbuhan-ekonomi-ri-dengan-5-negara-asean 
  • Kompas.  com.  (2025, 23 Januari).  100 Hari Pemerintahan Prabowo-Gibran: Ini 6 Catatan dari Ekonom.  Diakses dari https:  //money.  kompas.  com/read/2025/01/23/060700126/100-hari-pemerintahan-prabowo-gibran-ini-6-catatan-dari-ekonom  
  • GoodStats.  id.  (2024).  Mengintip Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN 2024: Indonesia Peringkat Berapa?.  Diakses dari https:  //data.  goodstats.  id/statistic/mengintip-proyeksi-pertumbuhan-ekonomi-negara-asean-2024-indonesia-peringkat-berapa-NjRJw

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun