Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dampak Sosial Krisis Transportasi yang Mengganggu Kehidupan

19 Januari 2025   14:00 Diperbarui: 18 Januari 2025   18:06 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi polusi perkotaan. (KOMPAS/SUPRIYANTO)

Krisis transportasi di Indonesia mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup, dengan solusi yang perlu segera diterapkan.

Transportasi adalah nadi kehidupan sehari-hari bagi warga kota di Indonesia. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, krisis transportasi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung semakin terasa. 

Kemacetan yang tak kunjung usai, polusi udara yang membahayakan kesehatan, serta kualitas hidup yang terganggu, semakin menambah panjang daftar masalah sosial yang perlu segera ditangani.

Penyebab Krisis Transportasi di Indonesia

Krisis transportasi di Indonesia bukanlah masalah yang muncul begitu saja. Berbagai faktor yang saling terkait telah menciptakan situasi yang kini kita hadapi. 

Salah satu penyebab utama adalah pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi yang sangat pesat. 

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kendaraan bermotor di Indonesia meningkat lebih dari dua kali lipat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. 

Dari sekitar 70 juta kendaraan pada tahun 2010, jumlah kendaraan bermotor di Indonesia pada 2020 melonjak menjadi lebih dari 130 juta unit.

Bertambahnya jumlah kendaraan pribadi ini semakin memperburuk kemacetan lalu lintas. 

Di Jakarta, ibu kota Indonesia yang terkenal dengan kemacetannya, waktu tempuh rata-rata perjalanan dalam kondisi normal bisa memakan waktu 45 menit, namun bisa berlipat ganda menjadi lebih dari dua jam ketika kemacetan terjadi. 

Hal ini tentunya mengganggu produktivitas masyarakat dan menambah tingkat stres, terutama bagi mereka yang sehari-harinya bergantung pada transportasi umum yang semakin tidak memadai.

Dampak Sosial Krisis Transportasi

Krisis transportasi yang berlarut-larut ini tidak hanya berdampak pada aspek fisik dan waktu, tetapi juga pada aspek sosial yang lebih luas. 

Polusi udara adalah salah satu dampak terbesar yang dirasakan masyarakat. 

Kendaraan bermotor yang terus meningkat jumlahnya, terutama kendaraan pribadi yang lebih banyak menghabiskan waktu di jalanan, berkontribusi pada peningkatan emisi karbon dioksida (CO2) dan partikel debu yang membahayakan kesehatan. 

Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan bahwa kualitas udara di Jakarta sudah mencapai tingkat yang sangat berbahaya, dengan konsentrasi polutan PM 2.5 yang sering melebihi batas aman.

Dampak polusi udara ini langsung berpengaruh pada kesehatan masyarakat, terutama bagi mereka yang rentan seperti anak-anak, orang tua, dan penderita penyakit pernapasan. 

Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), paparan polusi udara yang tinggi dapat meningkatkan risiko terkena penyakit pernapasan kronis seperti asma, bronkitis, dan bahkan penyakit jantung. 

Di Indonesia, kasus penyakit pernapasan meningkat tajam sejak beberapa tahun terakhir, seiring dengan meningkatnya polusi di kota-kota besar.

Selain itu, kemacetan yang tiada habisnya juga berimbas pada kualitas hidup. 

Masyarakat yang terjebak dalam kemacetan berkepanjangan akan merasa lelah, stres, dan kehilangan waktu berharga untuk keluarga atau pekerjaan. 

Hal ini berpotensi memperburuk kualitas hubungan sosial, serta menyebabkan penurunan kesejahteraan mental dan emosional. 

Dalam laporan yang dikeluarkan oleh Lembaga Demografi Universitas Indonesia (LDUI), disebutkan bahwa tingkat stres dan kecemasan penduduk perkotaan meningkat seiring dengan semakin parahnya kemacetan lalu lintas.

Solusi yang Bisa Diterapkan untuk Mengatasi Krisis Transportasi

Mengingat dampak sosial yang begitu besar, sudah saatnya kita mencari solusi yang lebih efektif untuk mengatasi krisis transportasi ini. Beberapa langkah yang dapat diterapkan meliputi:

a. Peningkatan Infrastruktur Transportasi Umum

Salah satu solusi utama adalah dengan memperbaiki dan mengembangkan sistem transportasi umum yang lebih efisien dan ramah lingkungan. 

Pemerintah sudah mulai memperkenalkan beberapa proyek besar, seperti LRT (Light Rail Transit) di Jakarta dan MRT (Mass Rapid Transit), yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi. 

Namun, proyek ini masih perlu diperluas dan lebih banyak lagi, terutama di kota-kota besar lainnya.

b. Pengembangan Sistem Berbasis Teknologi

Pemerintah juga bisa memanfaatkan teknologi transportasi yang semakin berkembang untuk menciptakan sistem yang lebih cerdas dan efisien. 

Salah satunya adalah dengan mengintegrasikan aplikasi transportasi online yang lebih ramah bagi pengguna dan menawarkan lebih banyak opsi transportasi yang terjangkau. 

Selain itu, penggunaan teknologi untuk manajemen lalu lintas, seperti sistem traffic light cerdas, dapat membantu mengurangi kemacetan di beberapa titik strategis.

c. Peningkatan Kesadaran Masyarakat

Selain itu, kesadaran masyarakat tentang pentingnya menggunakan transportasi umum dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi juga perlu ditingkatkan. 

Kampanye edukasi untuk mengajak masyarakat beralih ke kendaraan berbagi (seperti ride-sharing) atau bahkan menggunakan sepeda untuk jarak pendek dapat menjadi langkah kecil namun signifikan untuk mengurangi kemacetan dan polusi.

d. Penguatan Kebijakan dan Regulasi

Pemerintah juga perlu mengimplementasikan kebijakan yang lebih ketat terkait pengendalian jumlah kendaraan pribadi. 

Misalnya, kebijakan ganjil-genap yang sudah diterapkan di Jakarta, dapat diperluas dan diberlakukan secara lebih tegas. 

Penambahan jalur sepeda, pengembangan jalur pedestrian, serta penataan parkir liar juga menjadi bagian penting dari solusi transportasi berkelanjutan.

Kesimpulan

Krisis transportasi di Indonesia adalah masalah yang kompleks dan membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak. 

Kemacetan dan polusi udara yang terus meningkat memberikan dampak sosial yang signifikan terhadap masyarakat, baik dari segi kesehatan, kesejahteraan, dan kualitas hidup. 

Namun, dengan perencanaan yang tepat, penerapan kebijakan yang tegas, serta peningkatan infrastruktur yang berkelanjutan, krisis ini bisa diatasi secara bertahap.

*** 

Referensi:

  • Badan Pusat Statistik. (n.d.). Jumlah kendaraan bermotor. Diambil dari https:  //www.  bps.  go.id/id/statistics-table/2/NTcjMg==/jumlah-kendaraan-bermotor.html
  • World Health Organization. (n.d.). Ambient (outdoor) air pollution. Diambil dari https:  //www.  who.  int/news-room/fact-sheets/detail/ambient-air-pollution

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun