Keuangan syariah menawarkan alternatif yang adil dan etis, membedakan dirinya dari sistem konvensional yang umum.Â
Di tengah dinamika ekonomi Indonesia yang terus berkembang, keuangan syariah mulai menemukan tempatnya yang semakin strategis.Â
Namun, meski menjadi alternatif yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami bagaimana sistem ini bekerja, terutama dibandingkan dengan sistem keuangan konvensional yang lebih banyak digunakan.Â
Memahami Keuangan Syariah dan Keuangan Konvensional
Keuangan syariah adalah sistem yang dijalankan berdasarkan hukum Islam. Di dalamnya terdapat prinsip-prinsip yang menekankan penghindaran riba (bunga), gharar (ketidakpastian), dan maysir (perjudian).Â
Sementara itu, keuangan konvensional, yang lebih umum di Indonesia, berbasis pada bunga sebagai sumber keuntungan dan tidak membatasi jenis investasi berdasarkan kriteria agama.Â
Keuangan syariah menawarkan sebuah alternatif yang lebih adil dan transparan, terutama dalam menciptakan keseimbangan antara pihak yang terlibat dalam transaksi.
Namun, meskipun sistem ini sudah lama ada, keuangan syariah masih sering dianggap asing dan hanya digunakan oleh kalangan tertentu. Padahal, potensi dan dampaknya terhadap masyarakat Indonesia sangat besar. Mari kita bahas lebih lanjut.
Perbedaan Utama antara Keuangan Syariah dan Konvensional
Penghapusan Riba, Gharar, dan Maysir: Keadilan dalam Setiap Transaksi
Salah satu perbedaan utama yang paling kentara antara keuangan syariah dan konvensional adalah mengenai riba (bunga).Â
Dalam sistem keuangan konvensional, bunga dianggap sebagai imbal hasil yang sah dari sebuah pinjaman atau transaksi finansial.Â
Namun, dalam sistem keuangan syariah, riba dianggap sebagai bentuk ketidakadilan yang merugikan salah satu pihak.Â
Keuntungan yang diperoleh dalam keuangan syariah bukan berasal dari bunga, melainkan dari bagi hasil yang adil antara pemilik modal dan pengelola dana.
Sebagai contoh, jika kita meminjam uang dari bank konvensional, kita harus membayar bunga atas uang yang dipinjam. Dengan kata lain, semakin lama kita terlambat dalam membayar, semakin besar pula bunga yang harus dibayar.Â
Ini bisa menyebabkan beban ekonomi yang semakin berat. Sebaliknya, dalam keuangan syariah, keuntungan berasal dari perjanjian bagi hasil yang disepakati di awal transaksi.Â
Tidak ada bunga yang dikenakan, yang berarti transaksi lebih transparan dan adil bagi kedua belah pihak.
Dalam hal ini, menurut Sharia Knowledge Centre, prinsip dasar keuangan syariah menuntut adanya transparansi dan kejelasan dalam setiap transaksi.Â
Hal ini bertujuan untuk menghindari praktek yang merugikan pihak-pihak tertentu, terutama mereka yang lebih rentan secara ekonomi.
Model Keuntungan dalam Keuangan Syariah: Mudharabah, Musyarakah, dan Murabahah
Keuntungan dalam keuangan syariah diperoleh melalui model-model yang lebih mengedepankan keadilan dan keterbukaan. Beberapa metode yang sering digunakan adalah mudharabah, musyarakah, dan murabahah.
Mudharabah adalah model bagi hasil antara pemilik modal (shahibul maal) dan pengelola (mudharib). Dalam model ini, keuntungan yang diperoleh dari usaha bersama akan dibagi sesuai dengan kesepakatan, sementara kerugian ditanggung oleh pemilik modal.
Musyarakah juga mirip, tetapi berbeda dalam hal pembagian risiko dan keuntungan. Dalam model musyarakah, kedua belah pihak berkontribusi modal dan berbagi hasil usaha sesuai dengan porsi masing-masing.
Sedangkan dalam murabahah, keuntungan diperoleh melalui margin keuntungan yang sudah disepakati di awal.Â
Misalnya, jika kita membeli barang dari bank dengan sistem murabahah, bank membeli barang terlebih dahulu dan kemudian menjualnya kepada kita dengan harga lebih tinggi, yang sudah mencakup keuntungan bank.
Menurut CIMB Niaga, bank syariah menggunakan prinsip-prinsip ini untuk memastikan bahwa transaksi tidak hanya menguntungkan secara finansial tetapi juga berlandaskan pada prinsip keadilan.
Investasi yang Diperbolehkan: Etika dalam Pemilihan Sektor
Keuangan syariah juga memiliki aturan ketat mengenai jenis investasi yang diperbolehkan.Â
Investasi pada sektor yang dianggap haram, seperti alkohol, perjudian, tembakau, dan industri yang merusak lingkungan, dilarang dalam sistem ini.Â
Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa uang yang berputar dalam perekonomian tidak digunakan untuk hal-hal yang tidak etis atau bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Sebagai contoh, bank syariah atau lembaga keuangan syariah akan memastikan bahwa tidak ada dana yang digunakan untuk membiayai industri perjudian atau pembuatan alkohol.Â
Ini tentu berbeda dengan keuangan konvensional yang tidak memperhitungkan sektor-sektor tersebut selama menguntungkan.
Di Indonesia, keberadaan produk-produk keuangan syariah yang semakin berkembang menunjukkan bahwa permintaan masyarakat akan investasi yang sesuai dengan prinsip agama semakin meningkat.Â
Sebagai negara dengan mayoritas Muslim, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan sektor ini lebih lanjut.Â
Sharia Knowledge Centre menyebutkan bahwa meskipun sektor ini masih dalam tahap perkembangan, prospek jangka panjang keuangan syariah di Indonesia sangat cerah.
Pengawasan Syariah: Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Untuk memastikan bahwa transaksi dan produk keuangan yang ditawarkan benar-benar sesuai dengan hukum Islam, setiap lembaga keuangan syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS).Â
DPS bertugas untuk mengawasi seluruh kegiatan operasional bank syariah dan memastikan bahwa semua transaksi dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Ini adalah langkah penting untuk menjaga integritas sistem keuangan syariah, yang tidak hanya berfokus pada keuntungan finansial, tetapi juga pada keberlanjutan sosial dan etika.Â
Keberadaan DPS menjadi jaminan bagi masyarakat bahwa produk yang mereka pilih benar-benar sesuai dengan ajaran Islam, dan bebas dari praktik yang merugikan.
Analisis Sosial dan Budaya dalam Konteks Keuangan Syariah di Indonesia
Keuangan syariah tidak hanya dilihat dari sudut ekonomi, tetapi juga dari sudut sosial dan budaya.Â
Di Indonesia, banyak orang yang mencari alternatif investasi atau sistem keuangan yang lebih beretika, terutama yang sejalan dengan ajaran agama.Â
Dalam konteks ini, keuangan syariah menjadi pilihan yang semakin relevan, terutama bagi mereka yang ingin memastikan bahwa setiap transaksi yang mereka lakukan tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga memberikan ketenangan batin.
Namun, meskipun keuangan syariah semakin berkembang, kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pentingnya memilih produk keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah masih terbilang rendah.Â
Banyak orang masih enggan beralih karena ketidakpahaman mengenai sistem ini atau keterbatasan akses ke produk keuangan syariah.
Menurut Sharia Knowledge Centre, salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh sektor ini adalah bagaimana meningkatkan literasi keuangan syariah di kalangan masyarakat luas.Â
Untuk itu, penting bagi lembaga-lembaga keuangan syariah, pemerintah, dan masyarakat untuk terus berkolaborasi dalam menyebarkan pengetahuan mengenai produk dan sistem keuangan yang sesuai dengan hukum Islam.
Kesimpulan
Keuangan syariah menawarkan alternatif yang lebih adil, transparan, dan etis dibandingkan dengan keuangan konvensional.Â
Dengan prinsip-prinsip yang menghindari riba, ketidakpastian, dan perjudian, keuangan syariah menciptakan keseimbangan dalam setiap transaksi.Â
Meskipun masih ada tantangan dalam meningkatkan pemahaman dan akses terhadap produk keuangan syariah, prospek keuangan syariah di Indonesia sangat cerah.
Sebagai masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya nilai-nilai etika dalam ekonomi, kita memiliki kesempatan untuk berinvestasi dan menjalankan transaksi sesuai dengan prinsip-prinsip yang lebih adil.Â
Keuangan syariah bukan hanya soal keuntungan finansial, tetapi juga soal menjaga kesejahteraan sosial dan spiritual.
Dengan literasi keuangan yang semakin meningkat, kita berharap keuangan syariah akan menjadi pilihan utama bagi banyak orang di Indonesia, tidak hanya karena keuntungan yang ditawarkan, tetapi juga karena kesesuaiannya dengan ajaran agama yang diyakini banyak orang.
***
Referensi:
- CIMB Niaga. (n.d.). Perbedaan bank syariah dan bank konvensional. CIMB Niaga. Retrieved from https: //www. cimbniaga. co.id/id/inspirasi/perencanaan/mengenal-perbedaan-bank-syariah-dan-bank-konvensional
- Sharia Knowledge Centre. (n.d.). Mengupas perbedaan bank konvensional dan bank syariah. Sharia Knowledge Centre. Retrieved from https: //www. shariaknowledgecentre. id/id/news/perbedaan-bank-konvensional-dan-bank-syariah/
- Sharia Knowledge Centre. (n.d.). 10 perbedaan lembaga keuangan syariah dan konvensional. Sharia Knowledge Centre. Retrieved from https: //www. shariaknowledgecentre. id/id/news/perbedaan-lembaga-keuangan-syariah-dan-konvensional/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H