Lebih jauh lagi, Annisa Alfath dari Perludem menekankan bahwa selama mekanisme internal partai tidak memprioritaskan demokrasi internal, tidak akan ada tekanan signifikan untuk melakukan regenerasi.Â
Ini berarti bahwa tanpa adanya perubahan mendasar dalam struktur kepemimpinan partai politik, kualitas demokrasi Indonesia akan terus terancam.
Kesimpulan
Status quo kepemimpinan dalam partai politik Indonesia, yang bercirikan langgengnya tokoh sentral, mencerminkan budaya feodal dan mengancam sendi-sendi demokrasi.Â
Ketergantungan pada figur sentral menghambat regenerasi kader, membuka celah bagi oligarki untuk mengendalikan kebijakan, dan mengabaikan aspirasi rakyat.Â
Regenerasi bukan sekadar pergantian wajah, melainkan investasi pada ide dan kepemimpinan baru yang responsif terhadap kebutuhan zaman.Â
Perubahan mendasar dalam internal partai, dengan mendorong demokrasi internal dan membatasi pengaruh oligarki, mutlak diperlukan untuk mewujudkan demokrasi yang sesungguhnya berpihak pada rakyat.
***Â
Referensi:
- Berita UGM, 2012. Kelembagaan Partai Politik Indonesia Masih Lemah. Universitas Gadjah Mada. https: Â //ugm. Â ac. Â id/id/berita/4509-kelembagaan-partai-politik-indonesia-masih-lemah/
- Effendi, A. T. (n.d.). (Skripsi). https: Â //repository. Â unair. Â ac. Â id/30047/4/13. Â %20BAB%201.pdf
- Jumadi. (2015, Juni). Pengaruh Sistem Multipartai dalam Pemerintahan Indonesia. Jurnal Al Daulah, 4(1). https: Â //journal. Â uin-alauddin. Â ac. Â id/index. Â php/al_daulah/article/download/1501/1446/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H