Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Senjakala Marketplace Era Digital Indonesia

10 Januari 2025   22:00 Diperbarui: 10 Januari 2025   13:37 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pelaku bisnis yang gulung tikar. (Photo by PEXELS/Andrea Piacquadio)

Persaingan yang semakin sengit, ditambah dengan perubahan perilaku konsumen yang cepat, telah memaksa Bukalapak untuk menyesuaikan diri dengan model bisnis yang lebih relevan dengan kebutuhan zaman. 

E-commerce Indonesia saat ini bisa digambarkan dengan istilah "survival of the fittest"—hanya yang mampu beradaptasi dan berinovasi yang bisa bertahan.

Bukalapak mungkin salah satu yang terpaksa mundur, namun ini bukan berarti dunia e-commerce Indonesia akan berhenti. 

Platform lain yang mampu beradaptasi, seperti Tokopedia dan Shopee, tetap menjadi pemain besar. Bahkan dengan munculnya platform-platform baru yang menawarkan konsep lebih segar, persaingan akan semakin ketat.

Kesimpulan

Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari keruntuhan Bukalapak? 

Pertama, pasar e-commerce Indonesia membutuhkan inovasi yang lebih besar untuk bisa bertahan. Model bisnis yang hanya mengandalkan transaksi jual beli tanpa ada nilai tambah lainnya jelas akan kesulitan. 

Kedua, perubahan perilaku konsumen harus dilihat sebagai sinyal bagi semua platform untuk menyesuaikan diri. Konsumen kini lebih cerdas dan lebih suka pengalaman belanja yang lebih personal. Oleh karena itu, adaptasi terhadap perubahan pasar adalah kunci bagi keberhasilan jangka panjang.

Bukalapak mungkin mundur, tapi ini bisa menjadi momentum bagi mereka untuk mencoba kembali dengan inovasi yang lebih segar. Kalau tidak, ya, mereka akan tertinggal. Kita akan lihat siapa yang benar-benar bisa bertahan dalam persaingan brutal ini.

*** 

Referensi:

  • Tirto.id. (2025, 8 Januari). Ada Apa di Balik Keruntuhan E-Commerce di Indonesia? Tirto.id. Diakses 18 Oktober 2024, dari https: //tirto. id/ada-apa-di-balik-keruntuhan-e-commerce-di-indonesia-g7ga
  • Kompas.com. (2024, 26 Januari). Dinamika E-Commerce: Tantangan dan Transformasi Menuju Pertumbuhan Berkelanjutan. Kompas.com. Diakses 18 Oktober 2024, dari https: //money. kompas. com/read/2024/01/26/182910026/dinamika-e-commerce-tantangan-dan-transformasi-menuju-pertumbuhan?page=all
  • Jetcommerce.co.id. (2023, 27 November). Mengapa Banyak Brand Gagal di E-Commerce & Solusinya. Jetcommerce. Diakses 18 Oktober 2024, dari https: //jetcommerce. co. id/update/mengapa-banyak-brand-gagal-di-ecommerce-solusinya/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun