Namun, dana yang terkumpul dari kedua fakultas ini tidak cukup untuk menutupi biaya operasional bulanan kampus. Â
Persoalan ini semakin diperparah oleh dugaan korupsi dana Program Indonesia Pintar (PIP), yang melibatkan mantan rektor universitas.Â
Berdasarkan liputan AyoBandung.com, penyelidikan yang dilakukan menunjukkan adanya penyalahgunaan dana yang mestinya diperuntukkan bagi kebutuhan mahasiswa.Â
Ketika dana yang krusial untuk operasional kampus diselewengkan, kehancuran institusi pendidikan besar seperti UB menjadi tinggal menunggu waktu saja. Â
Dalam konteks yang lebih luas, hal ini mencerminkan masalah klasik pendidikan tinggi di Indonesia: lemahnya akuntabilitas dan ketergantungan besar pada pendapatan mahasiswa.Â
Sebuah kampus yang hanya mengandalkan biaya kuliah untuk bertahan akan sangat rentan terhadap dinamika eksternal, seperti penurunan jumlah mahasiswa.
Jika tidak ada upaya diversifikasi pendapatan, potensi keruntuhan seperti yang dialami UB akan terus terjadi. Â
Dampak Krisis
Krisis ini memberi dampak besar terhadap semua pihak terkait, terutama dosen, staf, dan mahasiswa. Salah satu isu yang paling mencuat adalah keterlambatan pembayaran gaji.Â
Berdasarkan Kumparan, gaji dosen dan staf belum dibayarkan selama lebih dari tujuh bulan. Sebagai tenaga pendidik, dosen tentu sangat bergantung pada gaji untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Bagaimana para dosen dapat menjaga semangat mengajar jika kebutuhan dasar mereka tidak terpenuhi?Â
Mogok mengajar, yang kini terjadi di UB, menjadi konsekuensi yang sulit dihindari. Dosen juga manusia, dan situasi seperti ini membuat mereka tidak punya banyak pilihan selain bersuara dengan cara tersebut.Â