Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Blue Food Menjadi Harapan Baru Ketahanan Pangan

26 Desember 2024   18:06 Diperbarui: 26 Desember 2024   18:06 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tambak milenial Kementerian Kelautan dan Perikanan (KP).(DOK. Humas BRSDM Kementerian KP via KOMPAS.COM)

Blue food menawarkan solusi berkelanjutan untuk krisis pangan global melalui pemanfaatan sumber daya laut yang melimpah.

Ada masa ketika saya merasa pesimis melihat krisis pangan global yang kian mendesak. Pertumbuhan populasi yang pesat dan dampak perubahan iklim seolah mengancam ketahanan pangan di mana-mana.

Namun, di tengah semua itu, Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar, memiliki potensi luar biasa untuk memanfaatkan sumber daya laut yang melimpah.

Salah satu solusi yang telah lama dibicarakan adalah blue food, atau pangan biru, yang mencakup semua jenis pangan yang berasal dari perairan, baik laut, payau, maupun tawar.

Di sinilah akuakultur berkelanjutan berperan penting untuk meningkatkan produksi pangan akuatik dan mengurangi dampak lingkungan.

Potensi Produksi Pangan Akuatik

.Blue food seolah memberikan secercah harapan baru di tengah gelapnya krisis pangan.

Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi perikanan Indonesia mencapai angka yang mengesankan, yaitu 24,7 juta ton, dengan sebagian besar berasal dari budidaya.

Ini jelas menunjukkan bahwa kita memiliki potensi besar untuk memenuhi kebutuhan pangan, baik di dalam negeri maupun untuk pasar internasional. Namun, di balik angka yang menggembirakan itu, ada tantangan yang tak bisa diabaikan.

Rendahnya konsumsi ikan di beberapa daerah dan ketidakadilan dalam rantai pasok menjadi masalah yang harus segera diatasi.

Masyarakat nelayan, yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam pengelolaan sumber daya laut, sering kali terpinggirkan dalam pengambilan keputusan.

Pemberdayaan Masyarakat Nelayan

Memberdayakan masyarakat nelayan adalah langkah krusial untuk membangun sistem yang lebih adil dan berkelanjutan.

Bayangkan jika kita melibatkan nelayan dalam pengelolaan sumber daya laut yang mereka kelola. Tentu saja, ini akan memastikan bahwa mereka mendapatkan manfaat dari hasil laut yang selama ini mereka usahakan.

Namun, ini bukan sekadar soal meningkatkan pendapatan. Lebih dari itu, kita perlu memberikan mereka suara dalam proses pengambilan keputusan yang memengaruhi kehidupan sehari-hari mereka.

Ketika nelayan merasa bahwa mereka memiliki peran penting dalam pengelolaan sumber daya, mereka akan lebih termotivasi untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Praktik Budidaya Ramah Lingkungan

Praktik budidaya yang ramah lingkungan adalah kunci untuk memaksimalkan potensi blue food. Di sinilah akuakultur berkelanjutan menjadi sorotan utama.

Dengan menerapkan teknik budidaya yang baik, kita bisa mengurangi jejak karbon dan dampak negatif yang sering mengancam ekosistem kita.

Misalnya, penggunaan pakan yang lebih efisien dan ramah lingkungan bisa jadi solusi untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku yang merusak alam.

Selain itu, kita juga perlu meningkatkan infrastruktur distribusi agar produk pangan akuatik bisa sampai ke tangan konsumen dengan baik.

Tantangan dalam Krisis Pangan

Krisis pangan global bukan sekadar isu besar yang terabaikan di tingkat makro, tetapi juga menyentuh kehidupan kita sehari-hari.

Di banyak daerah, terutama di pedesaan, akses terhadap pangan bergizi masih menjadi tantangan yang nyata. Namun, di sinilah blue food bisa berperan penting.

Dengan memanfaatkan potensi pangan biru, kita tidak hanya bisa meningkatkan ketahanan pangan, tetapi juga mendukung ekonomi lokal.

Ikan dan produk akuatik lainnya bisa menjadi sumber protein yang lebih terjangkau dan bergizi bagi masyarakat. Ini sangat krusial, terutama di daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh pasokan pangan lainnya.

Bayangkan, jika kita bisa menjadikan laut sebagai penyelamat, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan gizi, tetapi juga untuk memberikan harapan baru bagi perekonomian lokal.

Kita juga perlu mengedukasi masyarakat tentang pentingnya konsumsi ikan dan produk akuatik lainnya. Banyak orang masih menganggap ikan sebagai makanan yang mahal atau sulit didapat.

Dengan meningkatkan kesadaran akan manfaat kesehatan dari konsumsi ikan, kita dapat mendorong lebih banyak orang untuk memasukkan pangan biru dalam pola makan mereka.

Ini bukan hanya tentang meningkatkan konsumsi, tetapi juga tentang menciptakan budaya yang menghargai sumber daya laut kita.

Kesimpulan

Blue food memiliki potensi besar untuk menjadi solusi dalam mengatasi krisis pangan global.

Dengan memanfaatkan sumber daya laut secara berkelanjutan, kita dapat meningkatkan ketahanan pangan, mendukung ekonomi lokal, dan menjaga kelestarian lingkungan.

Namun, tantangan yang ada tidak bisa diabaikan. Diperlukan kolaborasi dan komitmen dari semua pihak untuk memastikan bahwa blue food dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi masyarakat.

***

Referensi:

  • Kawarih, Y. (n.d.). Blue food: Jalan pintas menuju stabilitas ketahanan pangan. Kumparan. Diambil dari https: //kumparan. com/yusixkawarih/blue-food-jalan-pintas-menuju-stabilitas-ketahanan-pangan-22BswPJFHDA
  • Kementerian Kelautan dan Perikanan. (n.d.). KKP optimalkan potensi pangan biru dukung swasembada pangan. Diambil dari https: //www.kkp.go.id/news/news-detail/kkp-optimalkan-potensi-pangan-biru-dukung-swasembada-pangan-YWzY.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun