Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Makassar Pilihan

Tinjauan Kritis Potensi Slow Living di Makassar

23 Desember 2024   20:37 Diperbarui: 23 Desember 2024   20:37 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunjung melintas di pelataran Anjungan Pantai Losari, Makassar, ditengah matahari yang sedang tenggelam. (KOMPAS/RENY SRI AYU) 

Seperti yang diberitakan oleh BBC News Indonesia. Oleh karena itu, keterbatasan RTH dan isu pencemaran lingkungan yang ada dapat menjadi penghambat dalam penerapan konsep slow living di Makassar.

Infrastruktur Pendukung: Fokus pada Pembenahan Transportasi Publik

Ilustrasi transportasi dan lalu lintas di Makassar (Foto: Rasmilawanti/detikcom) 
Ilustrasi transportasi dan lalu lintas di Makassar (Foto: Rasmilawanti/detikcom) 
Infrastruktur yang memadai, terutama sistem transportasi publik yang efisien dan terintegrasi, memegang peranan krusial dalam mendukung mobilitas yang nyaman serta mengurangi stres, aspek penting dalam slow living. 

Informasi dari Dinas Perhubungan Kota Makassar, Detik Sulsel, dan Kementerian Perhubungan menunjukkan bahwa Makassar menyediakan beberapa opsi transportasi publik, antara lain Trans Mamminasata (Teman Bus), Pete-pete (angkutan kota), becak, dan bentor (becak motor). 

Meskipun demikian, cakupan rute dan frekuensi Trans Mamminasata masih terbatas, dan belum terdapat sistem integrasi yang optimal antar berbagai moda transportasi yang ada. 

Kondisi ini tentu menjadi kendala bagi penerapan slow living yang menekankan kemudahan dan efisiensi dalam beraktivitas sehari-hari.

Selain keterbatasan integrasi dan cakupan transportasi publik, permasalahan lain seperti kemacetan yang kerap terjadi pada jam sibuk, biaya parkir yang mahal di beberapa titik, serta keberadaan "pak ogah" yang terkadang menimbulkan keresahan, turut memengaruhi kualitas transportasi secara umum di Makassar dan dapat menghambat penerapan slow living.

Pada faktor lain, ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai juga krusial bagi kualitas hidup. 

Ilustrasi rumah sakit Siloam di Makassar. (SHUTTERSTOCK/MEZARIO via Kompas.com) 
Ilustrasi rumah sakit Siloam di Makassar. (SHUTTERSTOCK/MEZARIO via Kompas.com) 
Dihimpun dari laman Pemkot Makassar, Detik Sulsel dan Wikipedia, Makassar memiliki lebih dari 30 rumah sakit, termasuk RSUD Kota Makassar, RS Kemenkes Makassar (berkapasitas 920 tempat tidur), dan RS Wahidin Sudirohusodo, serta 15 Puskesmas yang tersebar di seluruh kecamatan.. 

Keberadaan fasilitas ini menunjukkan aksesibilitas layanan kesehatan bagi masyarakat.

Di sisi lain, Makassar juga menawarkan beragam fasilitas rekreasi yang dapat mendukung gaya hidup yang lebih santai. 

Beberapa di antaranya adalah taman kota seperti Taman Balaikota dan Taman Mangrove, museum seperti Museum La Galigo dan Museum Kota Makassar, serta destinasi wisata alam seperti Pantai Losari dan Taman Nasional Bantimurung. (Detik Sulsel, Tokopedia). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Makassar Selengkapnya
Lihat Makassar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun