Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Penganiayaan Dokter Koas di Palembang dan Bahaya Strawberry Parenting

18 Desember 2024   06:00 Diperbarui: 17 Desember 2024   21:46 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penganiayaan dokter koas di Palembang (KompasTV) 

Kasus di Palembang mengungkap bahaya pengasuhan berlebihan yang menghalangi perkembangan kemandirian dan ketahanan mental anak. 

Pada tanggal 16 Desember 2024, sebuah insiden di Palembang mengguncang dunia pendidikan kedokteran. 

Lina Dedy, seorang ibu yang sayang anaknya, Lady---seorang dokter muda---terlibat dalam perselisihan dengan ketua kelompok koas, Luthfi. 

Protes Lady terkait dengan jadwal jaga yang bentrok dengan malam tahun baru memicu ketegangan yang berujung pada tindakan kekerasan oleh sopir Lina. 

Insiden ini menyoroti fenomena yang semakin berkembang di masyarakat kita, yaitu pola pengasuhan yang terlalu memanjakan anak, yang sering disebut dengan istilah strawberry parenting.

Apakah kita sudah benar-benar memahami dampak dari pola pengasuhan ini? Apakah sebagai orang tua, kita terlalu melindungi anak-anak kita dari kenyataan hidup yang sebenarnya?

Fenomena Strawberry Parenting, Antara Kasih Sayang dan Kelemahan Karakter

Istilah strawberry parenting merujuk pada gaya pengasuhan yang berlebihan, di mana orang tua terlalu melindungi dan memenuhi semua kebutuhan anak tanpa memberi kesempatan pada anak untuk menghadapi kesulitan atau kegagalan. 

Anak-anak yang dibesarkan dengan pola pengasuhan ini sering kali menjadi pribadi yang rapuh, seperti buah strawberry yang lembek dan mudah rusak. 

Generasi ini, yang lahir dan dibesarkan dalam kenyamanan dan kemudahan, cenderung kurang memiliki ketahanan mental dan kesiapan untuk menghadapi tantangan kehidupan yang sesungguhnya.

Kasus yang melibatkan Lina Dedy dan Lady adalah contoh nyata bagaimana pola pengasuhan yang terlalu permisif bisa berbahaya. 

Ketika anak menghadapi sedikit kesulitan, seperti masalah jadwal jaga yang harusnya bisa diselesaikan dengan komunikasi dan kompromi, orang tua langsung turun tangan. 

Dalam hal ini, bukan hanya anak yang kurang dilatih untuk menghadapi kenyataan, tetapi orang tua juga tidak memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar mengatasi permasalahan sendiri. 

Kejadian tersebut mengungkapkan bagaimana orang tua, dalam usaha melindungi anak mereka, justru membuat anak-anak mereka semakin tidak siap menghadapi kenyataan hidup.

Dampak Buruk dari Pola Pengasuhan yang Memanjakan

Menurut penelitian yang dijelaskan dalam buku Generasi Strawberry oleh Rhenald Kasali, pola pengasuhan yang berlebihan ini berpotensi membuat anak-anak tidak memiliki ketahanan mental yang cukup. 

Dalam bukunya, Kasali mengungkapkan bahwa generasi ini cenderung mudah menyerah dan tidak memiliki kemampuan untuk bertahan dalam situasi yang sulit. 

Mereka tidak diajarkan untuk menghadapi penolakan atau kegagalan, dua hal yang pasti akan ditemui dalam kehidupan nyata. 

Dampak ini sangat nyata dalam kasus Lady, di mana ia tidak bisa menghadapi masalah kecil terkait dengan jadwal kerjanya tanpa campur tangan ibunya.

Generasi yang dibesarkan dengan pola asuh seperti ini juga sering kali tidak memiliki kemampuan untuk mengelola emosi mereka. 

Anak-anak yang selalu dimanjakan tidak pernah diajarkan untuk mengatasi rasa kecewa atau frustasi. Ketika sesuatu tidak berjalan sesuai harapan mereka, reaksi mereka jadi berlebihan. 

Dalam kasus ini, kita bisa melihat bagaimana ibu Lady marah dan merasa perlu melawan ketua kelompok koas. 

Tindakan seperti ini, meski didorong oleh niat baik untuk membela anak, justru semakin memperburuk karakter anak yang seharusnya belajar untuk mengelola emosinya dengan baik.

Lebih jauh, pola pengasuhan ini dapat memengaruhi kemampuan anak untuk membangun hubungan sosial yang sehat. 

Anak-anak yang terbiasa dimanjakan oleh orang tua mereka sering menganggap bahwa semua keinginan mereka harus dipenuhi tanpa usaha. 

Ini membuat mereka menjadi pribadi yang lebih egois dan kurang empati terhadap orang lain. 

Ketika tumbuh dewasa, mereka akan kesulitan untuk menjalin hubungan yang kuat dan saling menguntungkan dengan orang lain, karena mereka tidak diajarkan untuk menghargai pengorbanan atau kerja keras.

Pentingnya Memberikan Tantangan dan Batasan untuk Anak

Di sinilah pentingnya peran orang tua dalam memberikan tantangan dan batasan yang jelas kepada anak-anak. 

Memberikan tantangan bukan berarti menghukum atau mengabaikan kebutuhan anak, melainkan mengajarkan mereka untuk menghadapi kesulitan dan belajar dari pengalaman. 

Ini adalah cara yang lebih sehat untuk membangun karakter yang tangguh. 

Kasali menjelaskan dalam bukunya bahwa anak-anak yang diberi tantangan sejak dini memiliki kesempatan untuk mengembangkan ketahanan mental yang lebih kuat. 

Mereka tidak hanya belajar untuk menyelesaikan masalah, tetapi juga belajar bagaimana mengatasi rasa frustasi, menghadapi penolakan, dan akhirnya menjadi individu yang lebih mandiri.

Pola pengasuhan yang memberi batasan dengan cara yang bijaksana juga mengajarkan anak-anak untuk menghargai nilai kerja keras dan disiplin. 

Tidak ada yang datang dengan mudah dalam hidup ini. Setiap tujuan membutuhkan usaha yang nyata. 

Dengan mengajarkan anak untuk tidak selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan tanpa usaha, orang tua membantu mereka untuk menghargai nilai dari proses, bukan hanya hasil akhir.

Kesimpulan

Kasus di Palembang mengajarkan kita betapa pentingnya keseimbangan antara kasih sayang dan pengasuhan yang mendidik. 

Meskipun orang tua tentu ingin melindungi anak, terlalu banyak campur tangan justru dapat melemahkan kemandirian dan ketahanan mental mereka. 

Seperti yang terlihat pada Lady dan ibunya, pengasuhan yang terlalu permisif menciptakan generasi yang sulit menghadapi kenyataan hidup. 

Orang tua harus memberi tantangan yang sesuai untuk membantu anak-anak belajar menghadapi kesulitan dan berkembang menjadi pribadi yang tangguh. 

Tanpa tantangan, kita tidak hanya merugikan mereka, tetapi juga masa depan bangsa yang memerlukan generasi yang siap menghadapi berbagai masalah global.

***

Referensi:

  • Merdeka.com. (n.d.). Kenali apa itu strawberry parenting dan dampak buruk yang bisa terjadi pada anak. Merdeka.com. Diakses dari https: //www. merdeka. com/sehat/kenali-apa-itu-strawberry-parenting-dan-dampak-buruk-yang-bisa-terjadi-pada-anak-236742-mvk.html
  • Haibunda. (2023, Maret 2). Mengenal strawberry parents: Gaya didikan orang tua yang bisa berakibat fatal. Haibunda. Diakses dari https: //www. haibunda. com/parenting/20230302210747-62-298653/mengenal-strawberry-parents-gaya-didikan-orang-tua-yang-bisa-berakibat-fatal
  • Merdeka.com. (n.d.). 8 dampak buruk terlalu memanjakan anak, orang tua wajib tahu. Merdeka.com. Diakses dari https: //www. merdeka. com/jatim/8-dampak-buruk-terlalu-memanjakan-anak-orang-tua-wajib-tahu-196138-mvk.html
  • Liputan6.com. (2023, November 10). Mengenal strawberry parents: Ciri-ciri dan dampaknya yang fatal pada anak-anak. Liputan6.com. Diakses dari https: //www. liputan6. com/hot/read/5790262/mengenal-strawberry-parents-ciri-ciri-dan-dampaknya-yang-fatal-pada-anak-anak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun