Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pekerja Migran Lombok di Tengah Harapan dan Derita

12 Desember 2024   14:00 Diperbarui: 12 Desember 2024   13:17 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi buruh mengangkat tandan buah segar kelapa sawit di Tanjungjabung Barat, Jambi.(ANTARA FOTO/WAHDI SEPTIAWAN via HARIAN KOMPAS) 

Sektor ini sangat bergantung pada tenaga kerja migran, mengingat kekurangan pekerja lokal. 

Dalam konteks ini, remittance yang dikirimkan oleh pekerja migran tidak hanya membantu keluarga mereka, tetapi juga menjadi salah satu sumber penghidupan yang sangat krusial bagi perekonomian NTB. 

Namun, ketergantungan yang besar terhadap remittance ini membuat daerah tersebut rentan terhadap fluktuasi keadaan di luar negeri. 

Apabila ada kendala atau perubahan dalam pasar kerja internasional, maka kondisi ekonomi daerah ini bisa langsung terdampak.

Namun, ada ironi besar dalam cerita ini. Sementara para pekerja migran Lombok bekerja keras di negeri orang, mereka sering kali harus menghadapi kondisi yang sangat tidak manusiawi. 

Ini adalah masalah yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Eksploitasi Pekerja Migran di Sektor Perkebunan Sawit Malaysia

Pekerja migran asal Indonesia, termasuk yang berasal dari Lombok, sering kali bekerja di sektor kelapa sawit Malaysia dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. 

Banyak di antara mereka yang tidak memiliki dokumen resmi, yang berarti mereka tidak mendapatkan perlindungan hukum. Tanpa dokumen yang sah, pekerja migran ini sangat rentan terhadap eksploitasi dan risiko kerja paksa.

Sebagaimana dicatat dalam Kompas dan BuruhMigran.or.id, banyak pekerja migran yang terjebak dalam kondisi yang memperburuk kualitas hidup mereka. 

Mereka dipaksa bekerja dalam kondisi yang sangat keras, dengan jam kerja yang panjang dan upah yang sering kali tidak sebanding dengan beban kerja yang mereka tanggung. 

Dalam banyak kasus, pekerja migran ini sering kali tidak memiliki akses ke layanan kesehatan atau fasilitas sosial yang memadai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun