Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peneliti Indonesia di Tengah Berbagai Keterbatasan

8 Desember 2024   17:00 Diperbarui: 8 Desember 2024   17:04 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi peneliti di Indonesia (Harian Kompas) 

Riset, sebuah kata yang sering kali terdengar mulia dan penuh harapan, tetapi kenyataannya tidak selalu seindah itu. 

Saya yakin banyak dari kita yang pernah merasakan betapa penuh perjuangannya saat terjun dalam dunia akademik, khususnya dalam hal penelitian. 

Dunia riset Indonesia, seperti halnya dalam banyak aspek kehidupan, tidak lepas dari tantangan yang kompleks.

Tantangan Riset Pribadi yang Mengajarkan Banyak Hal 

Saya sendiri tidak asing dengan dinamika dunia riset. 

Beberapa tahun lalu, saat saya harus menuntaskan tesis yang cukup menantang, saya menyadari betapa terbatasnya sumber daya yang ada. 

Mulai dari dana penelitian yang terbatas karena dari dana pribadi, kurangnya fasilitas yang memadai, hingga keterbatasan waktu yang terkadang membuat saya merasa terhimpit. 

Meski begitu, ada hal yang lebih berharga dari segala kesulitan ini, yaitu proses belajar yang tak ternilai. 

Riset mengajarkan kita untuk berpikir kritis, menganalisis secara mendalam, dan menyajikan solusi berdasarkan data yang kita kumpulkan.

Namun, saya juga menyadari bahwa apa yang saya alami bukanlah hal yang istimewa. Banyak peneliti di seluruh Indonesia yang menghadapi kesulitan serupa, bahkan lebih berat. 

Dunia riset di tanah air, meski makin berkembang, nyatanya masih terjebak dalam berbagai keterbatasan yang menghambat kemajuan.

Realita Dunia Riset Indonesia

Berdasarkan data Republika (2021), salah satu hambatan terbesar dalam riset di Indonesia adalah dana yang terbatas. 

Indonesia hanya mengalokasikan sekitar 1% dari PDB untuk penelitian dan pengembangan, sebuah angka yang sangat jauh jika dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Jepang yang mengalokasikan lebih dari 3%. 

Dana yang terbatas ini menyebabkan riset di Indonesia sering kali terhambat di tengah jalan, bahkan pada tahap yang paling dasar sekalipun. 

Sumber daya manusia, yang seharusnya menjadi aset utama, juga sering kali terbentur oleh minimnya fasilitas penelitian yang memadai.

Selain itu, penelitian oleh Indonesia Economic Forum (2021) juga menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara hasil riset dan kebutuhan industri. 

Banyak riset yang dilakukan di Indonesia terkesan hanya untuk kepentingan akademik, bukan untuk menghasilkan solusi yang bisa langsung diterapkan di lapangan. 

Hal ini mengarah pada kesenjangan antara dunia akademik dan dunia industri yang semakin lebar. 

Mengingat bahwa salah satu fungsi riset adalah untuk menciptakan solusi bagi tantangan nyata di masyarakat, maka riset yang tidak aplikatif hanya akan menjadi sesuatu yang sia-sia.

Budaya Riset yang Menanti Perubahan

Salah satu hal yang saya rasa perlu menjadi fokus utama adalah budaya riset yang ada di Indonesia. 

Global Development Network (2019) mengungkapkan bahwa riset di Indonesia cenderung lebih berorientasi pada teori daripada praktik. 

Banyak peneliti yang terjebak dalam labirin abstraksi tanpa menyentuh akar permasalahan yang ada di masyarakat. 

Padahal, Indonesia memiliki banyak masalah yang memerlukan riset aplikatif, seperti masalah pertanian, kemiskinan, dan kesehatan. 

Negara kita memiliki potensi luar biasa untuk menghasilkan riset yang dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, namun sering kali kesempatan itu terlewatkan begitu saja karena kurangnya keterhubungan antara riset dan kebutuhan masyarakat.

Kolaborasi antara dunia pendidikan dan sektor industri adalah salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini. 

Menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (2022), kolaborasi riset antara perguruan tinggi dan industri bisa membuka lebih banyak peluang bagi riset yang aplikatif. 

Hal ini juga akan memberikan kesempatan bagi para peneliti untuk merasakan hasil langsung dari riset yang mereka lakukan, sekaligus memberi dampak nyata bagi masyarakat.

Menemukan Harapan di Tengah Tantangan

Bagi saya, harapan untuk masa depan riset Indonesia ada pada kolaborasi dan infrastruktur. 

Penelitian oleh Indonesia Economic Forum (2021) menunjukkan bahwa negara kita memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas riset jika kebijakan yang lebih berpihak pada riset aplikatif bisa diterapkan. 

Kolaborasi internasional adalah salah satu jalan keluar yang dapat memperkaya riset Indonesia. 

Dengan membuka akses lebih luas terhadap fasilitas dan dana dari luar negeri, kita dapat meningkatkan kualitas riset dan mempercepat proses penemuan solusi atas masalah-masalah domestik yang kita hadapi.

Selain itu, Republika (2021) juga mencatat bahwa pemerataan fasilitas riset di seluruh Indonesia harus menjadi prioritas. 

Banyak perguruan tinggi di luar Jakarta dan kota-kota besar yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan fasilitas riset yang memadai. 

Memperluas akses fasilitas riset ke daerah-daerah ini akan memperkuat ekosistem riset nasional dan memberi ruang bagi lebih banyak peneliti muda untuk berkembang.

Riset yang Berdampak

Pada akhirnya, riset yang sesungguhnya adalah riset yang memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Tidak hanya bagi dunia akademik, tetapi juga bagi kehidupan sehari-hari kita. 

Saya berharap, kedepannya, riset Indonesia bisa lebih terfokus pada masalah nyata yang dihadapi masyarakat, dan bukan hanya menjadi latihan teori di atas kertas. 

Dengan kolaborasi yang lebih luas antara pemerintah, universitas, dan sektor industri, kita bisa menciptakan riset yang tidak hanya relevan tetapi juga berdampak.

***

Referensi:

  • Handoko, L. T. (2021, November 30). Kepala BRIN: Ada tiga hambatan utama riset di Indonesia. Republika. Retrieved from [https: //republika. co. id/berita/r2fpv0485/kepala-brin-ada-tiga-hambatan-utama-riset-di-indonesia]
  • Universitas Indonesia. (2021). Roadmap riset dan inovasi Universitas Indonesia 2020-2024. Retrieved from [https: //research. ui. ac. id/RI/wp-content/uploads/2023/07/Roadmap-Riset-Inovasi-UI-2020-2024-1.pdf]
  • Indonesia Economic Forum. (2021, April 8). The future of research in Indonesia: The role of government, universities, and industry. Retrieved from [https: //www. indonesiaeconomicforum. com/the-future-of-research-in-indonesia-the-role-of-government-universities-and-industry/]
  • Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. (2022, April 8). Kolaborasi perguruan tinggi Indonesia dan luar negeri lewat RISPRO-PRIME dan UKICIS. Retrieved from [https: //dikti. kemdikbud. go. id/kabar-dikti/kabar/kolaborasi-perguruan-tinggi-indonesia-dan-luar-negeri-lewat-rispro-prime-dan-ukicis/]
  • Indonesia.go.id. (2020, March 9). Menuju kemandirian riset dan inovasi. Retrieved from [https: //indonesia. go. id/narasi/indonesia-dalam-angka/ekonomi/menuju-kemandirian-riset-dan-inovasi]
  • Harvard Graduate School of Education. (2021, April 8). Advice to an aspiring researcher. Retrieved from [https: //www. gse. harvard. edu/ideas/news/21/04/advice-aspiring-researcher]
  • Global Development Network. (2019). Doing research in Indonesia. Retrieved from [https: //www. gdn. int/research/education-research/indonesia]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun