Pernahkah kita memperhatikan bagaimana sekelompok orang yang dekat dengan pemimpin negara memiliki pengaruh yang lebih besar daripada kebanyakan pejabat lainnya?Â
Dalam sistem demokrasi presidensial, fenomena ini biasa disebut dengan 'Lingkar Dalam', 'Ring 1', atau 'Tangan Kanan', yang sering kali bekerja di balik layar dan tidak tampak oleh publik.Â
Fenomena ini kembali muncul ke permukaan, setelah Mayor Teddy Indra Wijaya, Sekretaris Kabinet yang juga merupakan ajudan pribadi Presiden Prabowo, menegur beberapa pejabat penting, seperti Gus Miftah dan Menteri Desa Yandri Susanto.Â
Kejadian ini membuka pintu untuk diskusi tentang bagaimana pengaruh lingkar dalam ini berperan dalam pengambilan keputusan, serta potensi dampaknya terhadap demokrasi Indonesia.
Efisiensi atau Tidak Transparan?
Sebagai Sekretaris Kabinet dan ajudan pribadi Presiden Prabowo, Mayor Teddy memiliki akses langsung kepada Presiden dalam setiap keputusan penting.Â
Selain membantu menyusun kebijakan, Teddy juga mengawasi jalannya koordinasi pemerintahan serta hubungan antar kementerian.Â
Namun, meski berada dalam lingkar dalam kekuasaan, peran Teddy sering kali tidak disorot, meski pengaruhnya terasa besar dalam kebijakan-kebijakan yang diambil.Â
Dalam konteks pemerintahan presidensial seperti Indonesia, kekuasaan cenderung terpusat pada individu-individu yang memiliki akses langsung ke Presiden.Â
Di masa lalu, kita bisa melihat pejabat-pejabat yang sangat dekat dengan Presiden, seperti Luhut Binsar Panjaitan dan Pratikno di masa Jokowi, serta LB Moerdani, Moerdiono, dan Harmoko di masa Soeharto, yang memiliki akses langsung dalam pengambilan keputusan penting.Â
Hal ini tentunya meningkatkan efisiensi dalam pengambilan keputusan, namun pada saat yang sama juga menimbulkan risiko ketidaktransparanan.
Menurut kajian politik yang dimuat laman Studocu (2018), konsentrasi kekuasaan pada beberapa individu kunci yang dekat dengan Presiden dapat mempercepat proses pengambilan keputusan karena tidak ada hambatan birokrasi yang panjang.Â