Angka ini tentu sangat rendah, mengingat periode liburan Natal dan Tahun Baru biasanya dipenuhi dengan lonjakan permintaan tiket pesawat.Â
Hal ini mengundang pertanyaan: Mengapa masyarakat tampak tidak terlalu tertarik meskipun harga tiket sudah turun?
Mengapa Animo Masyarakat Masih Rendah?
Berdasarkan literatur terkait, rendahnya minat masyarakat terhadap tiket pesawat meski harganya sudah turun mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor ekonomi.Â
Satu hal yang cukup jelas adalah ketidakstabilan ekonomi yang masih dirasakan sebagian besar masyarakat setelah pandemi.Â
Meskipun ada perbaikan, namun banyak orang, terutama di kelas menengah ke bawah, masih ragu-ragu untuk mengeluarkan uang untuk hal-hal yang dianggap tidak mendesak, seperti perjalanan udara.
Daya beli mereka belum sepenuhnya pulih, dan mereka lebih memilih menabung untuk kebutuhan lainnya yang dianggap lebih prioritas.
Faktor ketidakstabilan ekonomi ini didukung studi oleh Andal (2021), meskipun kebijakan penurunan harga tiket pesawat dapat memberikan sedikit kelegaan bagi konsumen, ketidakpastian ekonomi pasca-pandemi membuat masyarakat cenderung lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang.Â
Masyarakat lebih memilih untuk mengalihkan dana mereka ke kebutuhan sehari-hari daripada menghabiskannya untuk perjalanan, meskipun harga tiket turun. Ini adalah masalah yang lebih besar daripada sekadar penurunan harga yang sifatnya sementara.
Selain itu, meskipun harga tiket pesawat turun 10%, tetap saja harga tersebut masih dianggap relatif tinggi oleh banyak orang.Â
Mengingat biaya hidup yang terus meningkat pasca-pandemi, bagi sebagian orang, harga tiket pesawat tetap merupakan penghalang yang signifikan.Â
Sebagai contoh, untuk perjalanan pulang pergi Jakarta-Surabaya, meskipun harga tiket turun, tarif yang masih berkisar antara satu hingga dua juta rupiah tetap terasa mahal bagi mereka yang berpenghasilan menengah.