Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Desa Sade Menjaga Tradisi di Tengah Modernisasi

6 Desember 2024   12:00 Diperbarui: 6 Desember 2024   12:57 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parajin kain songket di Desa Sade, Lombok.(KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA)

Pohon cinta di Desa Sade, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB)(KOMPAS.com/ELSA CATRIANA)
Pohon cinta di Desa Sade, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB)(KOMPAS.com/ELSA CATRIANA)
Tradisi kawin culik, meskipun terdengar asing bagi banyak orang, tetap menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Sasak yang menjaga keberlanjutan adat istiadat mereka.

Selain itu, rumah tradisional di Desa Sade yang tahan gempa juga menjadi daya tarik tersendiri. 

Keunikan rumah-rumah tersebut bukan hanya menarik untuk wisatawan, tetapi juga memberi pelajaran tentang cara-cara masyarakat Sasak beradaptasi dengan alam dan menjaga kelestarian lingkungan mereka. 

Konsep rumah tahan gempa ini mungkin bisa menjadi pelajaran penting dalam merancang bangunan yang ramah bencana.

Tantangan dalam Mengelola Wisata Budaya

Salah satu tantangan terbesar dalam mengelola wisata berbasis budaya seperti Desa Sade adalah menemukan keseimbangan antara pelestarian tradisi dan pemberian peluang ekonomi yang cukup bagi penduduk, terutama untuk generasi muda. 

Pembatasan jumlah penduduk yang diterapkan oleh desa ini, meskipun penting untuk menjaga kelestarian lingkungan dan budaya, dapat berdampak pada peluang ekonomi yang ada. 

Parajin kain songket di Desa Sade, Lombok.(KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA)
Parajin kain songket di Desa Sade, Lombok.(KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA)
Dengan terbatasnya jumlah penduduk, generasi muda di desa ini mungkin kesulitan untuk memperoleh pekerjaan tetap. 

Selain itu, mereka mungkin harus mencari nafkah di luar desa, yang bisa mengurangi minat mereka untuk tinggal dan melestarikan tradisi yang ada.

Di sisi lain, pembatasan jumlah penduduk juga penting untuk menghindari kepadatan yang bisa merusak daya tarik desa itu sendiri. 

Desa Sade sudah cukup dikenal dan sering dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. 

Jika desa ini terus berkembang tanpa pengaturan yang jelas, dikhawatirkan akan terjadi perubahan yang dapat mengancam kelestarian budaya asli Sasak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun