Tradisi kawin culik, meskipun terdengar asing bagi banyak orang, tetap menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Sasak yang menjaga keberlanjutan adat istiadat mereka.
Selain itu, rumah tradisional di Desa Sade yang tahan gempa juga menjadi daya tarik tersendiri.Â
Keunikan rumah-rumah tersebut bukan hanya menarik untuk wisatawan, tetapi juga memberi pelajaran tentang cara-cara masyarakat Sasak beradaptasi dengan alam dan menjaga kelestarian lingkungan mereka.Â
Konsep rumah tahan gempa ini mungkin bisa menjadi pelajaran penting dalam merancang bangunan yang ramah bencana.
Tantangan dalam Mengelola Wisata Budaya
Salah satu tantangan terbesar dalam mengelola wisata berbasis budaya seperti Desa Sade adalah menemukan keseimbangan antara pelestarian tradisi dan pemberian peluang ekonomi yang cukup bagi penduduk, terutama untuk generasi muda.Â
Pembatasan jumlah penduduk yang diterapkan oleh desa ini, meskipun penting untuk menjaga kelestarian lingkungan dan budaya, dapat berdampak pada peluang ekonomi yang ada.Â
Dengan terbatasnya jumlah penduduk, generasi muda di desa ini mungkin kesulitan untuk memperoleh pekerjaan tetap.Â
Selain itu, mereka mungkin harus mencari nafkah di luar desa, yang bisa mengurangi minat mereka untuk tinggal dan melestarikan tradisi yang ada.
Di sisi lain, pembatasan jumlah penduduk juga penting untuk menghindari kepadatan yang bisa merusak daya tarik desa itu sendiri.Â
Desa Sade sudah cukup dikenal dan sering dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.Â
Jika desa ini terus berkembang tanpa pengaturan yang jelas, dikhawatirkan akan terjadi perubahan yang dapat mengancam kelestarian budaya asli Sasak.Â