Sehari-hari, mereka sangat bergantung pada sepeda motor sebagai sumber penghasilan utama.Â
Jika harga BBM naik, mereka akan terpaksa menanggung biaya operasional yang lebih tinggi, yang pada akhirnya bisa mengurangi pendapatan bersih mereka.Â
Namun, patut juga untuk mempertanyakan sejauh mana subsidi BBM yang ada selama ini benar-benar efektif.
Meski terasa memberatkan, kebijakan pencabutan subsidi ini bisa jadi langkah awal untuk membangun sistem subsidi yang lebih adil dan efisien.Â
Subsidi berbasis data yang lebih terukur, seperti bantuan langsung tunai (BLT), dapat memastikan bantuan sampai kepada mereka yang paling membutuhkan.Â
Mengingat pengemudi ojek online sebagian besar berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, kebijakan ini berpotensi membuka jalan bagi solusi yang lebih berkelanjutan bagi mereka.
Kesimpulan
Kebijakan pencabutan subsidi BBM untuk pengemudi ojek online menimbulkan dilema.Â
Di satu sisi, data BPS menunjukkan subsidi yang ada tidak memberikan dampak signifikan pada pendapatan pengemudi, yang hanya naik 2%.Â
Di sisi lain, pengemudi yang sebagian besar berada pada kelompok ekonomi rentan, tentu merasa terbebani dengan kebijakan ini.Â
Namun, kebijakan subsidi yang tidak efektif harus digantikan dengan pendekatan yang lebih tepat sasaran, seperti bantuan langsung tunai (BLT) dan program pemberdayaan.Â
Dengan kebijakan berbasis data dan lebih adil, diharapkan kesejahteraan pengemudi ojek online bisa meningkat secara berkelanjutan.