Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Merauke, Lumbung Pangan Nasional dengan Resiko Deforestasi

2 Desember 2024   19:00 Diperbarui: 2 Desember 2024   21:58 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak berkeliling areal persawahan menggunakan traktor di Kabupaten Merauke, Papua Selatan (KOMPAS/HERU SRI KUMORO) 

Merauke di Provinsi Papua Selatan telah lama dikenal sebagai lumbung padi potensial yang membantu pemerintah untuk mencapai swasembada pangan Indonesia. 

Dengan luas lahan yang subur dan iklim yang mendukung, Merauke menawarkan potensi besar untuk pengembangan pertanian skala besar. 

Namun, apakah pembukaan lahan baru di Merauke akan efektif tanpa merugikan lingkungan dan masyarakat lokal?

Potensi Besar di Merauke

Dengan luas lahan yang melebihi pulau Jawa, Papua menawarkan potensi besar bagi masa depan pertanian Indonesia. 

Pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 139,4 triliun untuk tahun 2025 demi mendorong sektor ini. Di atas kertas, ini tampak menjanjikan. 

Dukungan mekanisasi pertanian dan ahli pertanian dari Australia diharapkan menjadikan Papua pusat produksi beras, jagung, dan gula.

Merauke menjadi titik sentral dalam strategi pemerintah untuk swasembada pangan. 

Berbagai inisiatif lokal telah diluncurkan untuk mendukung tujuan ini. Misalnya, program Merauke Integrated Food and Energy Estate (MIFEE) yang bertujuan untuk mengembangkan pertanian berkelanjutan di wilayah tersebut.

Sejak dimulainya program MIFEE, luas lahan pertanian di Merauke meningkat secara signifikan, memberikan dampak positif pada ekonomi lokal dengan penciptaan lebih banyak lapangan kerja dan peningkatan pendapatan bagi petani.

Pembukaan lahan di Merauke telah membawa dampak sosial dan ekonomi yang kasat mata. 

Ekonomi lokal mengalami peningkatan dengan adanya lapangan kerja baru dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat. 

Artikel dari Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi mengatakan bahwa pendapatan petani lokal meningkat sebesar 30% sejak dimulainya program MIFEE.

Tantangan yang Menghadang

Namun, risiko deforestasi dan dampak terhadap masyarakat lokal menjadi perhatian serius. 

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menunjukkan kerusakan hutan di Papua mencapai 1,2 juta hektar. Ini adalah tantangan utama yang tidak bisa diabaikan.

Dikutip dari laman Econusa, menurut Siti Masriyah Ambara, Manajer Pengelolaan Sumber Daya Alam (PSDA) dan Ketahanan Komunitas EcoNusa, "Tumbuhan-tumbuhan bernilai ekonomis yang ada di Tanah Papua dapat menjadi komoditas unggulan penggerak ekonomi kampung. Kalau komoditas ini bisa dikelola dengan baik dan bagus, masyarakat di kampung dapat sejahtera".

Melansir dari Media Neliti, Arie Januar dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua menyatakan, "Perkembangan industrialisasi yang terjadi di Bintuni telah menyebabkan perubahan pada aspek kehidupan orang asli, baik itu sosial, budaya, maupun ekonomi. Untuk menghadapi perubahan ini, mereka harus membuat strategi agar tetap eksis dalam melangkahi pembangunan"

Belajar dari Brazil dan Malaysia

Pendekatan untuk mengembangkan pertanian di Papua harus dilakukan dengan sangat hati-hati. 

Pengalaman dari negara lain seperti Brasil dan Malaysia memberikan pelajaran penting tentang dampak negatif pembukaan lahan baru tanpa pengelolaan yang baik. 

Deforestasi dan konflik sosial dengan masyarakat lokal sering kali menjadi masalah utama.

Brasil, menurut situs DW, menerima kritik internasional akibat kerusakan masif hutan Amazon akibat ekspansi pertanian. 

Misalnya, selama pemerintahan Presiden Jair Bolsonaro, deforestasi di Amazon mencapai level tertinggi dalam 15 tahun. 

Meskipun ada upaya untuk mengurangi deforestasi, seperti komitmen Presiden Luiz Incio Lula da Silva untuk mencapai "nol deforestasi" pada tahun 2030, tantangan besar masih ada. 

Kritik ini menunjukkan pentingnya pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan untuk mencegah kerusakan ekosistem yang vital bagi planet kita

Malaysia juga menghadapi masalah serupa dengan pengembangan perkebunan kelapa sawit. 

Menurut laman Detik Finance, Pemerintah Malaysia telah mengimplementasikan sistem Malaysian Sustainable Palm Oil (MSPO) untuk mempromosikan praktik berkelanjutan dalam industri kelapa sawit

Indonesia harus belajar dari kesalahan ini. Penggunaan teknologi pertanian canggih, kebijakan ketat, dan pemantauan kontinu adalah kunci untuk menghindari dampak negatif yang sama.

Dampak Sosial dan Lingkungan

Pembukaan lahan baru di Papua membawa serta dampak sosial yang harus kita perhatikan. 

Masyarakat lokal, terutama suku-suku asli di Papua, memiliki hak atas tanah yang perlu dihormati. 

Ada kekhawatiran bahwa ekspansi pertanian dapat menggeser mereka dari lahan adat yang telah menjadi bagian penting dari kehidupan mereka selama berabad-abad.

Selain itu, keanekaragaman hayati Papua yang kaya juga berada dalam ancaman. 

Hutan-hutan di Papua adalah rumah bagi berbagai spesies endemik yang mungkin belum sepenuhnya dipelajari dan dipahami. 

Kerusakan terhadap ekosistem ini akan memberikan dampak jangka panjang yang mungkin tidak bisa diperbaiki.

Kesimpulan

Meskipun swasembada pangan 2027 adalah tujuan penting bagi ketahanan nasional, kita harus berhati-hati. Keberlanjutan lingkungan menjadi tantangan utama. 

Setiap langkah harus mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan dan masyarakat lokal. 

Bagaimana kita menjaga keseimbangan antara kemajuan dan kelestarian? 

Bisakah kita memastikan bahwa kemajuan ini tidak mengorbankan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat?

***

Referensi:

  • Badan Pusat Statistik (BPS). (2023). Statistik Indonesia 2023. Badan Pusat Statistik. https: //www. bps. go. id/id/publication/2023/02/28/18018f9896f09f03580a614b/statistik-indonesia-2023. html
  • EcoNusa. (n.d.). Komoditas unggulan Papua dan tantangan pengembangannya. https: //econusa. id/id/ecoblog/komoditas-unggulan-papua-dan-tantangan-pengembangannya/
  • Neliti. (n.d.). Peluang dan tantangan orang asli Papua dalam pembangunan. https: //media. neliti. com/media/publications/291940-peluang-dan-tantangan-orang-asli-papua-m-5094e29d. pdf
  • DW. (2019, August 23). Dunia internasional kecam Brasil tidak serius tangani kebakaran hutan Amazon. https: //www. dw. com/id/dunia-internasional-kecam-brasil-tidak-serius-tangani-kebakaran-hutan-amazon/a-50135352
  • Detik Finance. (2024, February 12). RI-Malaysia kompak lawan Eropa yang mau jegal ekspor sawit. https: //finance. detik. com/industri/d-7662966/ri-malaysia-kompak-lawan-eropa-yang-mau-jegal-ekspor-sawit
  • Forum Penelitian Agro Ekonomi. (n.d.). Tinjauan implementasi program food estate dan prospeknya di Merauke Papua. https: //fae. perhepi. org/index.php/FAE/article/view/29

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun