Pilkada 2024 di Indonesia menghadapi masalah serius, yakni tingginya angka golput.Â
KPU mencatat partisipasi pemilih hanya 68,16%, jauh lebih rendah dibandingkan Pemilu 2024 yang mencapai 81,78%.Â
Partisipasi pemilih yang rendah menunjukkan adanya masalah dalam proses demokrasi kita.Â
Idealnya, partisipasi tinggi mencerminkan kesadaran politik yang baik.Â
Namun jika melihat rendahnya partisipasi ini, kita harus bertanya, apa yang menyebabkan tingginya angka golput ini? Apa yang terjadi pada proses demokrasi kita?
Sosialisasi yang Kurang Efektif dan Durasi Kampanye yang Terbatas
Rendahnya tingkat partisipasi pemilih dalam Pilkada 2024 dipengaruhi oleh sosialisasi yang kurang efektif dan durasi kampanye yang terbatas.Â
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), meskipun Pilkada adalah ajang politik besar, sosialisasi dari KPU dan partai politik (parpol) tidak menjangkau seluruh lapisan masyarakat.Â
Kampanye yang singkat juga tidak memberi cukup waktu bagi pemilih untuk memahami calon-calon yang maju.Â
Akibatnya, banyak pemilih merasa bingung dan tidak tahu siapa yang harus dipilih.Â
Beberapa bahkan memilih golput karena merasa tidak ada calon yang sesuai dengan aspirasi mereka.
Analisis BRIN , dalam referensi yang sama, menyoroti bahwa kurangnya representasi yang memadai dari calon-calon yang ada menjadi masalah besar dalam Pilkada 2024.Â