Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lelaki Tidak Bercerita, Tapi Mati-Matian Menahan Rasa

29 November 2024   06:00 Diperbarui: 29 November 2024   06:15 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah berbicara benar-benar bisa mengurangi beban mental? Jawabannya adalah YA.

Berdasarkan data dan penelitian, berbicara adalah salah satu cara yang paling efektif untuk menjaga kesehatan mental yang baik. 

Dalam hal ini, berbicara dengan teman dekat, pasangan, atau seorang profesional kesehatan mental bisa memberikan kelegaan yang sangat dibutuhkan. 

Jika berbicara bukan hanya sekadar keluh kesah atau mengeluh tanpa alasan, melainkan bagian dari proses untuk mencari pemahaman diri dan mengatasi perasaan yang terpendam, maka ini bisa sangat menguntungkan.

Menahan perasaan hanya akan memperburuk keadaan. Tidak ada yang salah dengan mengungkapkan perasaan atau kesulitan yang sedang dihadapi. 

Menurut psikolog Haryo Widodo, kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki setiap orang, tanpa terkecuali pria. 

Tanpa berbicara, banyak pria yang malah terjebak dalam perasaan mereka sendiri, merasa tidak ada jalan keluar, dan pada akhirnya, mereka berisiko mengalami gangguan mental yang lebih serius.

Kesimpulan

Kita perlu mengubah cara pandang kita terhadap maskulinitas dan pentingnya berbicara. Maskulinitas yang mengajarkan laki-laki untuk memendam perasaan harus digantikan dengan pemahaman yang lebih sehat. 

Bahwa laki-laki yang berbicara tentang perasaan bukanlah tanda laki-laki lemah, tetapi cara untuk mengatasi tekanan hidup dengan lebih bijaksana. 

Budaya yang menuntut pria untuk selalu kuat dan menahan perasaan harus digantikan dengan budaya yang lebih inklusif dan mendukung untuk kesehatan mental semua orang, tanpa memandang jenis kelamin.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun