Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lelaki Tidak Bercerita, Tapi Mati-Matian Menahan Rasa

29 November 2024   06:00 Diperbarui: 29 November 2024   06:15 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan Layar Pidato Presiden RI Prabowo Subianto Menangis di Puncak Hari Guru Nasional 2024. Foto: Istimewa/Harnas.id 

Padahal, kenyataannya, ketidakmampuan untuk mengungkapkan perasaan dapat berujung pada masalah kesehatan mental yang lebih besar di kemudian hari, yang sering kali tidak terdeteksi hingga terlambat.

Maskulinitas Toksik dan Dampaknya pada Kesehatan Mental Pria

Ilustrasi kesehatan mental pria (Diolah dengan Dreamina AI)
Ilustrasi kesehatan mental pria (Diolah dengan Dreamina AI)
Di balik fenomena laki-laki tidak bercerita ini, kita melihat adanya pengaruh besar dari konsep maskulinitas toksik, yang menjadikan pria terjebak dalam tekanan sosial yang mengharuskan mereka menahan segala bentuk emosi atau kerentanan. 

Dalam budaya maskulinitas toksik, pria diajarkan bahwa perasaan mereka harus disembunyikan dan bahwa tidak ada tempat untuk mengekspresikan diri mereka secara terbuka. 

Hal ini bukan hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan.

Angka bunuh diri pria yang lebih tinggi dibandingkan wanita adalah salah satu bukti nyata dari dampak negatif maskulinitas toksik. 

Menurut Media Indonesia, tingkat bunuh diri pria di negara-negara yang lebih menganut budaya maskulinitas tradisional, seperti Indonesia, masih cukup tinggi. 

Ini berbeda dengan negara-negara seperti Skandinavia yang lebih terbuka terhadap ekspresi emosional, di mana pria merasa lebih bebas untuk berbicara dan menunjukkan perasaan mereka tanpa takut dianggap lemah. 

Penelitian menunjukkan bahwa di negara-negara tersebut, tingkat bunuh diri pria jauh lebih rendah, karena masyarakatnya lebih mendukung para pria untuk berbagi perasaan dan mencari dukungan ketika mereka mengalami tekanan emosional.

Kembali ke Indonesia, ketidakmampuan untuk berbicara sering kali menyebabkan pria merasa terisolasi dalam kesedihan mereka, yang berpotensi menambah beban mental. 

Padahal, berbicara dengan orang terdekat bisa meringankan stres, membantu kita melihat situasi dengan perspektif yang berbeda, dan memperbaiki keadaan mental yang tertekan. 

Berbicara juga merupakan cara untuk menyadari bahwa masalah yang kita hadapi mungkin lebih mudah dihadapi jika kita tidak melakukannya sendirian.

Mengapa Laki-Laki Harus Berbicara?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun