Stigma ini tidak hanya salah, tetapi juga berbahaya.Â
Ia menciptakan pengkotak-kotakan dalam masyarakat, memandang sebelah mata mereka yang memilih jalan hidup atau hiburan yang berbeda.Â
Apakah ini adil? Saya rasa tidak.Â
Anime: Medium Intelektual yang Sering Diremehkan
Anime sering dianggap sekadar hiburan, tetapi faktanya ia bisa menjadi medium pembelajaran yang kaya makna.Â
Artikel dari Jurnal Ar-Raniry menunjukkan bahwa menonton anime dapat meningkatkan keterampilan bahasa Jepang dan membangun interaksi sosial.Â
Selain itu, tidak sedikit komunitas wibu di Indonesia yang aktif berdiskusi tentang tema-tema berat dalam berbagai anime.
Pada tahun 2021, Prodi Ilmu Sejarah Universitas Airlangga bahkan mengadakan kajian tentang nepotisme dalam Naruto. Diskusi ini membahas bagaimana politik di Desa Konoha mencerminkan praktik nepotisme di Indonesia.Â
Ini membuktikan bahwa anime dapat menjadi bahan kajian akademis yang relevan, bukan sekadar tontonan ringan.
Komunitas seperti @pnmediaid di Instagram juga menunjukkan bahwa anime bisa dikaji dari berbagai sudut pandang keilmuan.Â
Dari isu gender hingga fenomena sosial seperti friends with benefits, anime menawarkan lensa unik untuk memahami dinamika masyarakat.Â
Bagi saya, ini menunjukkan bahwa anime bukan hanya hiburan, tetapi juga medium intelektual yang mampu merangsang diskusi kritis.