Dengan melakukan ini, perusahaan tidak hanya akan mampu mempertahankan talenta terbaik, tetapi juga menciptakan budaya kerja yang lebih produktif dan sehat.
Kesimpulan
Keengganan Gen Z mengambil posisi manajer menengah mencerminkan pergeseran nilai dalam dunia kerja modern, di mana keseimbangan hidup dan fleksibilitas lebih diutamakan dibanding hierarki tradisional.Â
Fenomena ini menantang perusahaan untuk beradaptasi, tidak hanya dalam cara mereka menawarkan peran, tetapi juga dalam menciptakan lingkungan kerja yang selaras dengan harapan generasi muda.
Jabatan manajer menengah tetap vital sebagai penggerak organisasi, namun relevansinya kini dipertanyakan.
Apakah perusahaan siap merombak struktur lama demi merangkul masa depan yang lebih inklusif dan fleksibel?Â
Atau akankah dunia kerja terus berjalan di jalur tradisional, meninggalkan generasi muda mencari jalan mereka sendiri?
***
Referensi:
- VIVA. (2024). Generasi Z menolak jadi bos: Tren 'conscious unbossing' dan alasan di baliknya. VIVA.
- Talentics. (2024). Mengupas mitos Generasi Z di dunia kerja. Talentics.
- Fortune Indonesia. (2024). Survei ungkap 72% Gen Z enggan jadi manajer. Fortune Indonesia.
- Bloomberg. (2024). Impact of manager layoffs on middle management. Bloomberg.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H