Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketupat Sayur, Penopang Kehidupan dan Ekonomi Kota

17 November 2024   17:46 Diperbarui: 17 November 2024   17:47 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penjual ketupat sayur (Gambar diolah dengan Dall-E) 

Pagi yang sibuk di Ciputat, Soleh berdiri dengan senyum hangatnya, meracik ketupat sayur, lengkap dengan tahu, telur, dan kerupuk gurih. Bukan sekadar hidangan, bagi pekerja urban yang mampir, ketupat sayur adalah awal energi dan cerita hari. 

Di balik piring sederhana ini, ada kisah perjuangan yang menyatu dengan napas kota. Ketupat sayur menjadi simbol ketangguhan pedagang kecil, wajah-wajah tak kenal lelah yang menopang kehidupan urban dengan ketulusan. 

Bagi mereka, ketangguhan bukan hanya pilihan, melainkan syarat hidup yang terus diuji oleh kerasnya realitas kota.

Sarapan Murah, Harapan Besar

Menurut artikel di Kompas (2024), ketupat sayur telah menjadi bagian penting dari rutinitas pekerja kelas menengah di Jakarta. 

Dengan harga terjangkau sekitar Rp 12.000 per porsi, hidangan ini menarik banyak peminat. Rizal, seorang pengemudi ojek daring, mengungkapkan bahwa sarapan ketupat sayur memungkinkannya menikmati makanan bergizi tanpa mengorbankan anggaran sehari-hari. 

Menurut data dari Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2024, UMKM, termasuk penjual makanan seperti Soleh, menyumbang 61% dari PDB dan menyerap 97% tenaga kerja di Indonesia.

Namun, di balik kisah ini, ada tantangan besar yang dihadapi para pedagang kecil. 

Bukan hanya bagaimana mempertahankan kualitas dan harga di tengah naiknya biaya bahan pokok, tetapi juga bagaimana mereka terus beroperasi di lingkungan yang semakin kompetitif dan kadang kurang mendukung.

Tantangan di Balik Ketangguhan

Soleh dan pedagang lainnya seperti Junaidi dan Sutarno menunjukkan contoh ketangguhan yang luar biasa. Mereka bangun sebelum fajar, berbelanja bahan segar, memasak dengan sabar, dan melayani pelanggan dengan senyum. 

Namun, di luar semangat itu, ada tantangan yang sering terabaikan, yakni akses pembiayaan dan digitalisasi. 

Bank Indonesia mencatat bahwa banyak UMKM masih menghadapi keterbatasan dalam memperoleh modal yang memadai serta keterbatasan dalam memanfaatkan teknologi digital untuk mengembangkan usaha mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun