mobil dinas resmi kementerian dan lembaga, saya langsung teringat masa kejayaan industri karoseri Indonesia di tahun 1970-an hingga awal 1990-an.Â
Ketika mendengar Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan penggunaan Maung, kendaraan hasil produksi PT Pindad, sebagaiKala itu, mobil-mobil dan bus hasil karya pabrik dalam negeri melaju bangga di jalanan.Â
Sayangnya, selepas krisis 1998, kita menyaksikan dominasi produk asing mulai menguasai pangsa pasar, menggeser perlahan-lahan produk lokal ke pinggiran.
Menghidupkan Mesin yang Lama Terhenti
Keputusan Presiden Prabowo ini bukan sekadar langkah simbolis. Ini adalah sinyal kuat bahwa pemerintah serius ingin merevitalisasi industri otomotif lokal.Â
PT Pindad, yang selama ini dikenal dengan produk militernya, kini beralih ke jalur produksi yang lebih luas dengan menggandeng Ssangyong dari Korea Selatan.Â
Kolaborasi ini ibarat langkah strategi catur: memperkuat posisi dalam menghadapi raksasa asing yang sudah lama bercokol di pasar otomotif kita.
Tentu, seperti halnya permainan catur, strategi ini membutuhkan langkah-langkah selanjutnya.Â
Dukungan political will dari pemerintah jelas memberikan angin segar.Â
Pesanan besar mencapai 5.000 unit dari pemerintah menjadi dorongan besar untuk efisiensi produksi, membuka peluang karoseri lokal untuk bersinar kembali.Â
Namun, apakah cukup dengan langkah ini saja? Apakah kebijakan ini mampu bertahan tanpa sokongan kebijakan lain yang lebih komprehensif?
Tantangan di Jalan yang Terjal
Penggunaan produk dalam negeri, meski didukung dengan semangat nasionalisme, tetap harus menghadapi realitas pasar yang keras.Â