Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Parkir Sembarangan, Ancaman Nyata Kerukunan Warga

17 November 2024   15:13 Diperbarui: 17 November 2024   15:23 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah tidak, kita sedang buru-buru melewati jalan perumahan sempit, lalu tiba-tiba terhalang mobil yang diparkir sembarangan di pinggir jalan? 

Saya yakin banyak dari kita pernah mengalaminya. 

Jujur saja, saya sendiri sering merasa gemas. Sebagai orang yang lahir dan besar di lingkungan padat penduduk, masalah ini bukan lagi cerita baru, tapi sudah jadi realita yang kita anggap biasa. 

Padahal, kalau dipikir-pikir, ini sebenarnya masalah besar yang berdampak pada kenyamanan dan hubungan antarwarga.

Mengapa Parkir di Jalan Jadi Pilihan?

Kalau ditanya kenapa orang memilih parkir di jalan, jawabannya biasa, garasi penuh atau malah tidak punya garasi sama sekali. 

Menurut data Dinas Perhubungan DKI Jakarta tahun 2022, ada lebih dari 7.800 laporan parkir liar yang diterima melalui kanal pengaduan resmi. 

Angka ini menunjukkan bahwa fenomena ini bukan sekadar isu kecil di satu-dua tempat. Kita sedang menghadapi masalah yang meluas dan butuh solusi nyata.

Saya paham bahwa memiliki kendaraan adalah kebutuhan banyak keluarga. 

Mobil atau motor bukan lagi barang mewah, melainkan alat untuk mendukung mobilitas sehari-hari. 

Tetapi, kenyataan bahwa kendaraan terus bertambah tidak diimbangi dengan persiapan infrastruktur yang memadai, seperti garasi atau tempat parkir umum.

Harga tanah yang tinggi di perkotaan mendorong pembangunan rumah dengan lahan terbatas, sering kali tanpa garasi. 

Selain itu, pengembang perumahan cenderung fokus pada efisiensi lahan untuk keuntungan maksimal, mengabaikan kebutuhan fasilitas parkir. 

Hal ini memperburuk ketergantungan warga pada jalan umum sebagai ruang parkir.

Akibatnya, jalan umum sering kali jadi korban. Masalahnya, jalan itu milik bersama, bukan ruang pribadi.

Dampak Sosial dan Konflik yang Mengintai

Parkir sembarangan tidak hanya menghalangi jalan, tetapi juga berpotensi memicu konflik sosial. 

Coba bayangkan, tetangga yang jalannya sering terhalang mobil bisa merasa terganggu, bahkan tersinggung. 

Hal ini bisa memicu pertengkaran. Hubungan baik yang sudah terjalin lama bisa rusak hanya karena urusan parkir.

Lebih jauh lagi, parkir liar juga meningkatkan risiko pencurian atau kerusakan kendaraan. 

Menurut Sony Susmana, Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia, kendaraan yang diparkir sembarangan lebih rentan terhadap pencurian karena kurangnya pengawasan. 

Jadi, parkir di jalan bukan cuma menyusahkan orang lain, tapi juga bisa merugikan diri sendiri.

Beberapa daerah pemukiman telah mencoba mengatasi masalah ini dengan membuat aturan internal, seperti penjadwalan parkir atau denda bagi pelanggar. 

Selain itu, pencurian kendaraan di area tanpa pengawasan sering dipicu oleh minimnya penerangan jalan dan akses mudah bagi pelaku kriminal. 

Langkah sederhana seperti pemasangan CCTV atau patroli warga dapat meningkatkan keamanan. 

Di sisi hukum, mediasi antarwarga dapat difasilitasi oleh RT atau RW untuk mencegah konflik berlarut. 

Solusi ini menunjukkan bahwa kolaborasi antar elemen masyarakat bisa menjadi kunci untuk menyelesaikan dampak sosial dan keamanan dari parkir sembarangan.

Regulasi dan Penegakan Hukum yang Kurang Optimal

Sebenarnya, aturan tentang parkir liar sudah ada. 

Berdasarkan Pasal 368 KUHP, tindakan parkir liar bisa masuk kategori pemerasan, dengan ancaman pidana hingga sembilan tahun penjara. 

Tapi mari jujur, seberapa sering kita mendengar pelaku parkir liar benar-benar dihukum? 

Penegakan hukum terhadap parkir sembarangan masih lemah, membuat banyak orang merasa tidak takut melanggar.

Masalah ini juga erat kaitannya dengan tata ruang kota yang kurang optimal. 

Banyak kawasan perumahan di kota-kota besar, termasuk Jakarta, dibangun tanpa perencanaan matang soal parkir. 

Rumah-rumah dibuat rapat tanpa memperhatikan kebutuhan lahan untuk garasi. 

Akibatnya, jalan umum menjadi solusi darurat yang seolah-olah dianggap wajar.

Edukasi dan Kesadaran: Kunci Mengatasi Masalah

Selain regulasi, edukasi tentang pentingnya memanfaatkan garasi secara maksimal juga sangat dibutuhkan. 

Tidak semua orang memahami bahwa jalan umum bukanlah tempat parkir pribadi. 

Masyarakat perlu diajak untuk berpikir ulang tentang dampak kebiasaan ini terhadap kenyamanan dan keamanan bersama.

Solusi lain yang bisa dipertimbangkan adalah membangun infrastruktur parkir bersama di kawasan perumahan. 

Contohnya, kompleks-kompleks perumahan bisa mulai merancang lahan parkir bersama untuk warganya. 

Memang, langkah ini membutuhkan biaya dan koordinasi, tetapi dampaknya akan sangat signifikan dalam jangka panjang.

Kesimpulan

Parkir sembarangan lebih dari sekadar masalah ruang. Masalah ini mencerminkan bagaimana kita menghargai kenyamanan dan hak orang lain di ruang publik. 

Dari kurangnya pemanfaatan garasi hingga lemahnya regulasi, masalah ini menggambarkan tantangan kolektif kita sebagai masyarakat. 

Solusinya membutuhkan kesadaran pribadi, kolaborasi antarwarga, dan kebijakan yang berpihak pada ketertiban.

Bayangkan jika jalan kembali menjadi milik bersama yang tertib dan harmonis. Tidak ada lagi konflik antar tetangga atau kekhawatiran pencurian kendaraan. 

Namun, pertanyaannya adalah: apakah kita siap mengubah kebiasaan, atau justru memilih membiarkan masalah ini terus membesar?

***

Referensi:

  • Dinas Perhubungan DKI Jakarta. (2022). Begini Cara Lapor Parkir Liar. Jakarta Smart City.
  • Kompas. com. (2024, April 28). Benarkah Parkir Liar Bisa Dipidana 9 Tahun? Ini Penjelasan Ahli Hukum.
  • Susmana, S. (2024, August 16). Pahami Risiko Parkir Mobil Sembarangan di Pinggir Jalan. Kompas Otomotif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun