Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar dari Hati Bukan Sekedar Hafalan, Apakah Sekolah Paham?

12 November 2024   20:00 Diperbarui: 12 November 2024   20:01 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika berbicara soal pendidikan di Indonesia, saya sebagai orang tua sering berpikir, apa sebenarnya yang membuat anak-anak kita termotivasi belajar? 

Apakah sekadar nilai ujian yang mereka kejar, atau ada dorongan lain yang lebih mendalam? 

Baru-baru ini, isu mengenai kembalinya ujian nasional kembali ramai diperbincangkan. 

Di satu sisi, wacana ini muncul karena banyak yang prihatin dengan motivasi dan prestasi belajar anak-anak kita yang dianggap menurun sejak sistem ujian nasional dihapus. 

Namun, apakah ujian nasional benar-benar solusi yang tepat?

Motivasi Eksternal dan Internal

Menurut psikolog Universitas Gadjah Mada, Novi Poespita Candra, motivasi ada dua jenis, eksternal dan internal. 

Motivasi eksternal adalah dorongan yang datang dari luar, seperti hadiah, nilai ujian, atau ancaman sanksi. Banyak dari kita yang mungkin besar dengan cara ini. Belajar agar dapat nilai bagus atau menghindari hukuman. 

Namun, menurut Novi, motivasi seperti ini biasanya hanya efektif untuk jangka pendek. Setelah ujian selesai, biasanya semangat belajar ikut hilang.

Sebaliknya, motivasi internal adalah dorongan yang muncul dari dalam diri sendiri, dari rasa ingin tahu dan tujuan pribadi.nIni bukan sesuatu yang instan. 

Motivasi internal membutuhkan waktu untuk terbentuk, namun jauh lebih kuat dan tahan lama. Siswa yang punya motivasi belajar internal karena mereka ingin tahu lebih banyak, bukan sekadar mendapat nilai bagus. 

Menurut penelitian dari Queen Mary University of London, keterampilan nonkognitif seperti motivasi dan pengaturan diri sama pentingnya dengan kecerdasan dalam menentukan keberhasilan akademis anak. 

Artinya, semangat dan rasa ingin tahu anak sebetulnya adalah kunci yang membuat mereka sukses, bukan semata-mata kecerdasan atau nilai ujian.

Lingkungan Belajar yang Menyenangkan

Novi juga menambahkan, suasana belajar yang positif di sekolah sangat penting untuk membangkitkan motivasi internal. Ini erat kaitannya dengan hormon kebahagiaan kita, dopamin, oksitosin, serotonin, dan endorfin, atau disingkat DOSE. 

Nah, hormon-hormon ini muncul ketika kita merasa senang dan dihargai. Lingkungan yang penuh dengan apresiasi dan dukungan membuat otak kita bekerja lebih baik, sehingga anak-anak juga lebih semangat belajar. 

Di sinilah peran sekolah sangat besar. Kalau sekolah bisa menjadi tempat yang membuat anak merasa senang dan nyaman, dorongan belajar mereka akan muncul dengan sendirinya.

Sayangnya, banyak sekolah di Indonesia masih sangat fokus pada prestasi kognitif, seperti nilai ujian, tanpa memperhatikan aspek emosional siswa. 

Padahal, suasana belajar yang mendukung perkembangan emosi ini bisa membantu mereka lebih termotivasi. 

Anak yang merasa dihargai dan diberi kesempatan untuk mengembangkan minatnya akan lebih semangat belajar dan punya rasa tanggung jawab terhadap pendidikan mereka sendiri.

Evaluasi Kurikulum dan Wacana Kembalinya Ujian Nasional

Sejak dilantik pada Oktober 2024, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menegaskan bahwa pihaknya akan mengkaji ulang berbagai kebijakan pendidikan yang ada, termasuk Kurikulum Merdeka dan Ujian Nasional (UN). 

Mu'ti menyatakan akan menghimpun masukan dari berbagai pihak sebelum mengambil keputusan strategis terkait nasib Kurikulum Merdeka dan kemungkinan kembalinya UN.

Dalam beberapa kesempatan, Mu'ti menekankan pentingnya mendengarkan aspirasi publik dan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan pendidikan yang telah diterapkan sebelumnya. 

Hal ini mencakup peninjauan terhadap sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) dan asesmen nasional yang menggantikan UN.

Meskipun belum ada keputusan final, wacana pengembalian UN telah memicu berbagai tanggapan dari masyarakat dan pakar pendidikan. 

Beberapa pihak mendukung kembalinya UN sebagai alat ukur standar nasional, sementara yang lain khawatir hal tersebut dapat meningkatkan tekanan dan stres pada siswa.

Dengan demikian, hingga saat ini, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah masih dalam tahap evaluasi dan belum menetapkan kebijakan baru yang akan menggantikan Kurikulum Merdeka atau memutuskan apakah UN akan kembali diadakan. 

Keputusan tersebut akan diambil setelah proses kajian dan konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan selesai dilakukan.  

Melihat ke Depan

Keputusan terkait Ujian Nasional (UN) dan Kurikulum Merdeka masih dalam evaluasi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. 

Dalam masa transisi ini, para pemangku kebijakan pendidikan ini harus menjawab pertanyaan berikut. Apa tujuan pendidikan bangsa kita? Apakah hanya mengejar nilai ujian atau peringkat PISA? Atau mendorong anak-anak bangsa menjadi pribadi kreatif dan mampu berpikir kritis? 

Mempertahankan motivasi internal siswa adalah investasi jangka panjang, lebih penting daripada tekanan ujian semata. 

Pendidikan seharusnya memberi ruang bagi anak-anak untuk mengembangkan bakat mereka dengan alami. 

Membentuk generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga memiliki visi, ketahanan, dan semangat untuk terus berkembang.

***

Referensi:

  • Queen Mary University of London. (2024). Motivasi belajar: Kunci pengembangan karakter dan keterampilan siswa. Academia.edu.
  • Candra, N. P. (2024). Pentingnya lingkungan belajar yang positif dalam menumbuhkan motivasi internal siswa. Karimahtauhid.
  • Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. (2024). Transformasi pendidikan Indonesia menuju masa depan yang berkelanjutan melalui Merdeka Belajar. Inspektorat Jenderal Kemendikbud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun