Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Usia 40, di Mata Milenial yang Menolak Tua

7 November 2024   00:07 Diperbarui: 7 November 2024   09:07 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi merenung (Photo by Juan Rumimpunu on Unsplash)

Mengapa ini terjadi? Perubahan nilai budaya dan kondisi ekonomi global adalah faktor utama. 

Di Indonesia, kita melihat bagaimana milenial adalah generasi awal yang cenderung menunda pernikahan atau memiliki anak, tidak hanya karena alasan finansial, tetapi juga karena ingin mengejar pendidikan tinggi atau karier yang lebih stabil. 

Mungkin, bagi sebagian orang, usia 40 justru menjadi babak baru untuk mengejar kebahagiaan yang sempat tertunda.  

Definisi Baru Usia 40  

Jika dulu usia 40 dikaitkan dengan stabilitas, kini maknanya jadi lebih cair. 

Business Insider (2024) menyoroti bahwa usia ini bukan lagi sekadar pintu masuk ke paruh baya, tetapi lebih sebagai fase transisi yang fleksibel. 

Milenial tidak lagi merasa harus mengikuti peta kehidupan tradisional seperti generasi baby boomer. 

Menikah di usia 20-an, memiliki anak di usia 30-an, dan mempersiapkan pensiun di usia 40-an.  

Fenomena ini tidak hanya terlihat di negara-negara Barat, tetapi juga di Indonesia. 

Gaya hidup perkotaan yang makin dinamis memungkinkan milenial untuk memprioritaskan pengalaman, seperti traveling atau memulai usaha kecil, daripada terburu-buru memenuhi ekspektasi sosial. 

Namun, fleksibilitas ini muncul dengan satu tantangan baru bernama kecemasan.  

Kecemasan yang Tak Terhindarkan  

Meskipun fleksibilitas ini memberikan ruang lebih bagi milenial untuk menentukan jalan hidup mereka, hal ini tidak menghapus kecemasan yang datang dengan usia 40. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun