Mengapa ini terjadi? Perubahan nilai budaya dan kondisi ekonomi global adalah faktor utama.Â
Di Indonesia, kita melihat bagaimana milenial adalah generasi awal yang cenderung menunda pernikahan atau memiliki anak, tidak hanya karena alasan finansial, tetapi juga karena ingin mengejar pendidikan tinggi atau karier yang lebih stabil.Â
Mungkin, bagi sebagian orang, usia 40 justru menjadi babak baru untuk mengejar kebahagiaan yang sempat tertunda. Â
Definisi Baru Usia 40 Â
Jika dulu usia 40 dikaitkan dengan stabilitas, kini maknanya jadi lebih cair.Â
Business Insider (2024) menyoroti bahwa usia ini bukan lagi sekadar pintu masuk ke paruh baya, tetapi lebih sebagai fase transisi yang fleksibel.Â
Milenial tidak lagi merasa harus mengikuti peta kehidupan tradisional seperti generasi baby boomer.Â
Menikah di usia 20-an, memiliki anak di usia 30-an, dan mempersiapkan pensiun di usia 40-an. Â
Fenomena ini tidak hanya terlihat di negara-negara Barat, tetapi juga di Indonesia.Â
Gaya hidup perkotaan yang makin dinamis memungkinkan milenial untuk memprioritaskan pengalaman, seperti traveling atau memulai usaha kecil, daripada terburu-buru memenuhi ekspektasi sosial.Â
Namun, fleksibilitas ini muncul dengan satu tantangan baru bernama kecemasan. Â
Kecemasan yang Tak Terhindarkan Â
Meskipun fleksibilitas ini memberikan ruang lebih bagi milenial untuk menentukan jalan hidup mereka, hal ini tidak menghapus kecemasan yang datang dengan usia 40.Â