Menurut Harvard Business Review (2018), ada tiga langkah yang bisa membantu kita.
Pertama, kita harus menyadari keberadaan kata pengisi dalam cara kita berbicara sehari-hari.
Ini bisa dilakukan dengan cara merekam diri saat berbicara atau meminta umpan balik dari teman dan kolega.
Dengan demikian, kita bisa lebih waspada terhadap kata-kata pengisi yang sering keluar tanpa kita sadari.
Langkah kedua adalah mulai berlatih menggunakan jeda.
Sebagai contoh, jika biasanya kita cenderung berkata “eee” atau “mmm” saat bingung, cobalah untuk diam sejenak.
Seiring waktu, jeda ini akan menjadi bagian dari kebiasaan berbicara yang lebih efektif.
Terakhir, persiapan matang juga berperan penting.
Pembicara yang siap dan menguasai materi cenderung lebih jarang menggunakan kata pengisi.
Semakin kita siap, semakin kecil kemungkinan kita akan tergoda mengisi kekosongan dengan kata-kata tak bermakna.
Membangun Budaya Jeda di Indonesia: Apakah Mungkin?
Di tengah perkembangan digital dan maraknya konten audio-visual di Indonesia, permintaan akan komunikasi yang ringkas dan langsung semakin meningkat.