Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film Indonesia Melejit Tinggi, tapi Tersandung Masalah Klasik

5 November 2024   16:30 Diperbarui: 5 November 2024   17:53 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penonton bioskop (Krists Luhaers on Unsplash via Kompas) 

Tahun ini, perfilman Indonesia mencatat sejarah dengan rekor 60 juta penonton, dan angka ini diprediksi menembus 70 juta sebelum tahun berganti. 

Namun, di balik kebanggaan ini, tantangan yang tak kunjung sirna masih membayangi. 

Kurangnya layar bioskop, maraknya pembajakan, serta regulasi yang belum berpihak ibarat duri dalam kemajuan ini. 

Seperti diungkapkan Fortune Indonesia, persoalan ini bukan sekadar soal ekonomi, tetapi menyentuh aspek sosial dan budaya kita. 

Artikel ini membahas tantangan-tantangan tersebut, menjawab pertanyaan tentang langkah yang perlu ditempuh untuk membangun fondasi industri film yang kokoh.

Kekurangan Layar Bioskop dan Pembajakan Digital

Kekurangan jumlah layar bioskop di Indonesia sebetulnya bukan isu baru. 

Banyak masyarakat di luar kota besar kesulitan mendapatkan akses ke bioskop, yang artinya mereka juga kesulitan menonton film Indonesia secara resmi. 

Data dari Antara News menunjukkan, akses yang terbatas ini merugikan film lokal dan membatasi potensi penonton, terutama di wilayah terpencil. 

Di beberapa daerah, mungkin ada bioskop, tapi jumlahnya tak sebanding dengan kebutuhan. 

Ketika bioskop yang tersedia sedikit, distribusi film terhambat, dan akhirnya, sebagian besar penonton di daerah hanya bisa menonton film-film yang diputar di platform bajakan.

Pembajakan kian menjadi momok bagi film Indonesia; setiap karya yang sukses seolah langsung tumpah ke platform streaming ilegal. 

Menurut Kompas Tekno, pembajakan digital ini menciptakan kerugian finansial besar bagi para produser dan sineas. 

Dampaknya tak hanya soal kehilangan pendapatan, tetapi juga memengaruhi kualitas film mendatang. 

Produser yang merugi tentu akan berpikir ulang sebelum berinvestasi dalam proyek baru, dan hal ini, perlahan tapi pasti, merampas keberagaman serta kualitas konten yang bisa kita nikmati sebagai penonton.

Diskusi dengan Pemerintah Sebagai Langkah Awal atau Sekadar Formalitas?

Diskusi antara pemerintah dan para pelaku industri beberapa waktu lalu adalah upaya awal untuk mencari solusi bersama. 

Melansir VOI, pertemuan itu memberi ruang bagi para sineas untuk menyuarakan berbagai keluhan mereka. 

Mulai dari soal pembajakan hingga regulasi yang kurang berpihak pada industri film. 

Ini sebuah tahap yang krusial, namun apakah cukup?

Saat diskusi, Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menunjukkan dukungan, dan itu patut diapresiasi. 

Tetapi tanpa tindakan konkret yang segera, diskusi hanya akan menjadi seremonial yang menguap tanpa hasil nyata. 

Berdasarkan data dari VOI juga, industri perfilman membutuhkan regulasi yang kuat dan dukungan konkret dari pemerintah, bukan sekadar kata-kata dukungan. 

Langkah-langkah nyata bisa dimulai dengan memperbanyak layar bioskop di daerah-daerah yang selama ini terabaikan atau memperketat aturan anti-pembajakan.

Regulasi yang Mendukung, Kunci Memajukan Industri Film

Bicara soal regulasi, Indonesia butuh dukungan lebih besar dalam berbagai aspek, mulai dari perizinan, perlindungan hak cipta, hingga insentif pajak untuk investor. 

Menurut laman Indonesia.go.id, dengan regulasi yang lebih mendukung, industri film nasional bisa tumbuh lebih kuat dan memberikan dampak positif bagi masyarakat. 

Misalnya, insentif fiskal bagi investor dapat mendorong lebih banyak produksi film, dan perizinan yang lebih mudah untuk pembangunan bioskop di daerah-daerah terpencil dapat memperluas akses penonton terhadap film lokal.

Di sisi lain, aturan yang lebih tegas untuk menindak pembajakan adalah kebutuhan mendesak. 

Meski pembajakan tak mudah diberantas, langkah memperketat penegakan hukum dan membangun kesadaran publik akan dampak buruknya dapat menjadi awal. 

Jika masyarakat paham bahwa menonton film bajakan melukai industri lokal, pembajakan mungkin bisa berkurang. 

Langkah ini kecil, namun dengan potensi dampak yang signifikan bagi masa depan perfilman kita.

Apa Dampak Jangka Panjang Perbaikan Ekosistem Perfilman?

Jika ekosistem perfilman Indonesia diperbaiki, dampaknya tidak hanya akan dirasakan dalam jangka pendek. 

Mengutip Antara News, dengan penambahan jumlah layar bioskop dan regulasi yang mendukung, perfilman Indonesia bisa terus berkembang dan memberikan dampak ekonomi yang besar bagi negara. 

Lebih banyak bioskop berarti lebih banyak penonton yang bisa dijangkau, dan lebih banyak penonton berarti lebih banyak pemasukan bagi produser dan sineas, yang pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan kualitas film.

Lebih dari itu, talenta-talenta baru akan mendapat ruang yang lebih luas untuk tumbuh dan bersinar. 

Industri film yang sehat akan menarik minat generasi muda, memicu gelombang inovasi yang menghasilkan karya tak hanya diminati di tanah air, tetapi juga mendapat tempat di panggung internasional.

Refleksi dan Harapan

Masa depan perfilman Indonesia menyimpan potensi besar. 

Peningkatan jumlah penonton menunjukkan kebanggaan publik terhadap karya lokal. 

Namun, tanpa fondasi yang kokoh, dari infrastruktur hingga regulasi, potensi ini bisa lenyap. 

Apakah pemerintah akan bergerak melampaui kata-kata dan menjadikan euforia ini awal dari perubahan nyata? 

Ataukah gairah ini hanya sesaat, sementara tantangan terus menghantui industri kita?

***

Referensi:

  • Antara News. (2024, Maret 8). Bangga! Film Indonesia Buat Sejarah Baru di 2024: Tembus 60 Juta Penonton.
  • Antara News. (2022). Regenerasi dan pembajakan jadi tantangan di industri perfilman.
  • Fortune Indonesia. (2023). Pendanaan dan Talenta Jadi Tantangan Utama Industri Film Indonesia.
  • Antara News. (2024). Potensi besar menanti industri film Indonesia.
  • Kompas Tekno. (2022, Maret 9). Di Balik Layar: Bagaimana Pembajakan Digital Melukai Industri Film Indonesia.
  • VOI. (2023). Tantangan dalam Meningkatkan Industri Film Indonesia, Apa Saja?
  • Kompas. (2023, September 8). Angga Sasongko Ungkap Dua Tantangan Krusial di Industri Film Indonesia Saat Ini.
  • Indonesia. go. id. (2024). Mendorong Kebangkitan Industri Film Nasional.
  • DPR RI. (2023). PERFILMAN INDONESIA: PERKEMBANGAN DAN KEBIJAKAN, SEBUAH TELAAH DARI PERSPEKTIF INDUSTRI BUDAYA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun