Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Tips Digital Marketing dan AI.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sritex, Kebijakan Impor, dan Harga yang Harus Dibayar

1 November 2024   17:29 Diperbarui: 1 November 2024   17:38 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buruh mengendarai sepeda keluar dari pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) di Sukoharjo, Jawa Tengah (ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha) 

Namun, seberapa kokoh sebenarnya fondasi dukungan ini? 

Ketidakstabilan kebijakan sering kali menerjang tak terduga, memberi dampak yang tak sedikit, bahkan bagi raksasa tekstil sekelas Sritex.

Tantangan Kebijakan yang Berubah-Ubah

Ketika kebijakan berubah, perusahaan-perusahaan tekstil seperti Sritex yang sudah terbiasa dengan dukungan pemerintah harus bersiap menghadapi tantangan baru. 

Sebagai contoh, baru-baru ini, Kementerian Perdagangan Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan No. 8 Tahun 2024 yang melonggarkan impor tekstil. 

Menurut Bisnis.com (2024), aturan ini dinilai justru melemahkan industri tekstil nasional karena membanjirnya produk impor yang lebih murah. 

Komisaris Utama Sritex, Iwan Setiawan Lukminto, bahkan mengungkapkan bahwa regulasi ini cukup mengganggu operasional dan strategi bisnis perusahaan. 

Kebijakan yang berubah-ubah ini menunjukkan betapa ketergantungan pada pemerintah bisa menjadi pedang bermata dua.

Kebijakan impor ini bukan sekadar guncangan bagi Sritex, tetapi juga untuk seluruh mata rantai industri tekstil Indonesia. 

Banjir produk impor dengan harga miring perlahan menggrogoti pasar lokal, memaksa perusahaan-perusahaan besar dan kecil bergulat untuk bertahan. 

Ketidakstabilan regulasi seolah menjadi bayang-bayang yang mengancam keberlangsungan bisnis Sritex, memberi kita gambaran jelas betapa rentannya industri tekstil nasional di bawah kebijakan yang kerap berubah. 

Sritex, ikon tekstil yang dulu kokoh, kini harus berjibaku di tengah ketidakpastian pasar yang ditata ulang oleh keputusan-keputusan politis.

Persepsi Masyarakat: Daya Tarik yang Terus Bertahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun