Namun, seberapa kokoh sebenarnya fondasi dukungan ini?Â
Ketidakstabilan kebijakan sering kali menerjang tak terduga, memberi dampak yang tak sedikit, bahkan bagi raksasa tekstil sekelas Sritex.
Tantangan Kebijakan yang Berubah-Ubah
Ketika kebijakan berubah, perusahaan-perusahaan tekstil seperti Sritex yang sudah terbiasa dengan dukungan pemerintah harus bersiap menghadapi tantangan baru.Â
Sebagai contoh, baru-baru ini, Kementerian Perdagangan Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan No. 8 Tahun 2024 yang melonggarkan impor tekstil.Â
Menurut Bisnis.com (2024), aturan ini dinilai justru melemahkan industri tekstil nasional karena membanjirnya produk impor yang lebih murah.Â
Komisaris Utama Sritex, Iwan Setiawan Lukminto, bahkan mengungkapkan bahwa regulasi ini cukup mengganggu operasional dan strategi bisnis perusahaan.Â
Kebijakan yang berubah-ubah ini menunjukkan betapa ketergantungan pada pemerintah bisa menjadi pedang bermata dua.
Kebijakan impor ini bukan sekadar guncangan bagi Sritex, tetapi juga untuk seluruh mata rantai industri tekstil Indonesia.Â
Banjir produk impor dengan harga miring perlahan menggrogoti pasar lokal, memaksa perusahaan-perusahaan besar dan kecil bergulat untuk bertahan.Â
Ketidakstabilan regulasi seolah menjadi bayang-bayang yang mengancam keberlangsungan bisnis Sritex, memberi kita gambaran jelas betapa rentannya industri tekstil nasional di bawah kebijakan yang kerap berubah.Â
Sritex, ikon tekstil yang dulu kokoh, kini harus berjibaku di tengah ketidakpastian pasar yang ditata ulang oleh keputusan-keputusan politis.