Bicara tentang pendidikan matematika di Indonesia, ada banyak perspektif yang saling bersinggungan, mulai dari hasil asesmen internasional, kondisi pengajaran di lapangan, hingga semangat nasional untuk memperbaiki kualitas SDM.Â
Presiden Prabowo menegaskan, pendidikan matematika sejak belia ibarat benih yang ditanam untuk menumbuhkan SDM unggul, siap bertarung di gelanggang dunia.Â
Dalam hal ini, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) punya tugas besar untuk membuat matematika lebih menarik dan bisa diakses semua kalangan.Â
Namun, realitanya tak semudah itu.
Tantangan yang Dihadapi: Rendahnya Kompetensi Numerasi
Menurut data asesmen PISA 2022 yang dilaporkan oleh Media Indonesia (2023), skor matematika Indonesia jauh tertinggal di antara negara-negara OECD.Â
Dengan posisi Indonesia di peringkat 68 dari 79 negara dan skor yang masih jauh dari rata-rata OECD, ini menunjukkan bahwa kompetensi numerasi kita sangat perlu perhatian khusus.Â
Selain itu, laporan Asesmen Nasional 2023 dari Liputan6Â (2024) juga mengungkapkan bahwa 54% siswa SD masih berada di bawah standar kompetensi minimum dalam numerasi.
Apa akar dari kondisi ini?Â
Kesenjangan pendidikan yang terentang di berbagai sudut negeri menjadi salah satu jawabannya.Â
Di pelosok-pelosok yang terpencil, cahaya pendidikan berkualitas masih meredup—terbatasnya fasilitas dan tenaga pengajar menjadi dinding penghalang.Â
Para guru pun sering tak bersenjata cukup untuk mengajar matematika dengan cara yang menggugah.Â