Halaman demi halaman buku bergulir di tangan, tapi tiba-tiba saya sadar: apa sih yang sebenarnya baru saya baca?
Pikiran melayang tanpa arah, dan rasanya seperti membaca dalam keadaan autopilot.
Saya yakin ini bukan hanya pengalaman saya.
Fenomena zoning out saat membaca mungkin sudah akrab di memori banyak orang.
Mengapa ini sering terjadi, dan bagaimana cara kita bisa tetap fokus membaca?
Faktor Psikologis dan Dampak Zoning Out
Banyak faktor psikologis yang dapat memicu kita untuk zoning out saat membaca.
Menurut hasil penelitian dari Frontiers in Psychology, salah satu penyebab utamanya adalah kurangnya kesadaran diri atau metakognisi—kemampuan untuk menyadari kapan pikiran kita mulai melayang.
Individu yang memiliki kemampuan metakognisi tinggi, akan lebih mudah mengenali saat mereka mulai kehilangan fokus, dan dengan demikian dapat kembali ke jalur lebih cepat .
Stres dan kelelahan juga berperan. Tekanan pekerjaan, macet di jalan, dan terlalu banyak pikiran adalah beberapa alasan.
Kondisi-kondisi ini membuat otak bekerja kurang optimal, meningkatkan risiko gangguan konsentrasi saat membaca.
Alasan ini didukung Frontiers in Psychology, dimana stres dan kelelahan akan meningkatkan frekuensi zoning out.
Stres memicu pikiran berulang, sementara kelelahan mental mengurangi kemampuan fokus, menyebabkan kita lebih mudah kehilangan konsentrasi.
Zoning out bukan hanya soal kurang fokus, tetapi juga tentang bagaimana kita memandang kegiatan membaca secara kontekstual saat itu.
Membaca untuk buku genre favorit dan membaca laporan penggunaan anggaran triwulan terakhir sudah pasti beda rasanya.
Ketika membaca saat itu kita anggap membosankan atau sebagai kewajiban, minat berkurang, dan otak lebih cepat lelah.
Memaksakan diri membaca saat kondisi mental tidak mendukung hanya membuat proses ini kurang efektif.
Bicara dampak, zoning out sangat mempengaruhi pemahaman.
Saat pikiran melayang, informasi yang seharusnya kita cerna terlewat.
Menurut Frontiers in Psychology, zoning out berulang kali mengurangi pemahaman materi, sehingga meski halaman terlewati, akibatnya informasi yang ditangkap jadi nihil.
Dampak lebih luas di berbagai bidang sangat jelas.
Pada proses belajar, zoning out akan menghambat siswa memahami materi dari buku teks.
Pada pekerjaan, kehilangan fokus saat membaca laporan panjang akan menurunkan efektivitas kerja.
Cara Mengatasi Zoning Out Saat Membaca
Bagaimana cara mengatasi zoning out?
Menurut SchoolHabits, ada beberapa teknik yang bisa meningkatkan konsentrasi, seperti menggunakan teknik fix-up atau “perbaikan”.
Misalnya, ketika menyadari kehilangan fokus, coba membaca ulang sambil mencatat poin penting, atau ubah posisi duduk agar tubuh lebih aktif.
Teknik sederhana ini dapat membantu mengembalikan fokus.
Membaca di tempat yang tenang membantu mengurangi gangguan sensorik yang mengalihkan perhatian.
Dengan distraksi berkurang, otak lebih fokus pada materi.
Di lingkungan bising, menemukan waktu dan tempat yang tenang untuk membaca menjadi tantangan, tetapi membaca di tempat sunyi seperti perpustakaan bisa sangat efektif mengurangi zoning out.
Selain itu, kesadaran diri atau metakognisi juga perlu dilatih.
Salah satu cara untuk melatih metakognisi adalah dengan melakukan refleksi setelah membaca, seperti bertanya pada diri sendiri apakah materi yang baru saja dibaca sudah dipahami dengan baik.
Latihan seperti menuliskan ringkasan atau poin penting setelah setiap sesi membaca juga bisa membantu meningkatkan kesadaran diri terhadap proses pemahaman yang sedang berlangsung.
Mengulang yang dijelaskan oleh Frontiers in Psychology, pembaca yang memiliki kemampuan metakognisi yang baik cenderung lebih sedikit mengalami gangguan konsentrasi karena mereka mampu mengenali dan mengatasi saat pikiran mulai melayang.
Dengan melatih kesadaran diri ini, kita bisa mulai mengenali tanda-tanda awal ketika pikiran mulai melayang, sehingga kita bisa mengambil tindakan lebih awal untuk mengatasinya.
Kesimpulan: Mengelola Fokus untuk Membaca yang Lebih Efektif
Zoning out saat membaca adalah hal yang umum, tetapi bukan berarti tidak dapat diatasi.
Stres, kelelahan, dan kurangnya kesadaran diri memainkan peran besar dalam hal ini.
Menemukan teknik membaca yang tepat bisa menjadi kunci untuk mengatasi.
Apakah itu dengan menciptakan lingkungan yang lebih tenang, menerapkan teknik 'fix-up', atau melatih metakognisi, setiap orang perlu menemukan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Dengan begitu, kita dapat mengurangi frekuensi zoning out dan membuat aktivitas membaca lebih efektif dan menyenangkan.
Jadi, bagaimana Anda mengurangi zoning out dan menikmati lagi buku yang Anda baca?
***
Referensi:
- Frontiers in Psychology. (2022). Stress and fatigue increase the frequency of zoning out.
- SchoolHabits. (n.d.). How to not zone out while reading.